PENDAHULUAN
Telah ditetapkan
secara internasional bahwa ASI adalah sumber gizi terbaik untuk bayi. Tetapi
ada beberapa ibu dimana ASI mereka mungkin tidak cukup atau tidak terproduksi,
sehingga butuh disuplementasi atau diganti dengan susu lain. Salah satu
pilihannya adalah penggunaan formula bubuk.
Untuk tujuan
dokumen CAC/RCP 66-2008, “Formula bubuk (PF)” merupakan :
· formula
bayi dan susu formula untuk tujuan medis bayi, yang disediakan sebagai
satu-satunya gizi untuk bayi.
· formula
lanjutan yang dikombinasikan dengan makanan lain sebagai bagian dari diet
penyapian pada bayi dan balita.
· formula
bubuk untuk tujuan medis khusus pada bayi dan balita dimaksudkan untuk sebagian
mengganti atau menambah ASI, formula
bayi atau formula lanjutan.
· Penggunaan
ASI terfortifikasi yang digunakan untuk melengkapi ASI.
Produk ini harus
dibedakan dari cairan formula siap saji yang diperdagangkan yang telah
disterilkan.
Sebagai produk
dehidrasi, tidaklah mungkin penggunakan teknologi saat ini untuk menghasilkan
formula bubuk yang tidak memiliki jumlah mikroorganisme rendah, yaitu, produk
tidak dapat disterilkan. Dengan demikian, keamanan mikrobiologi butuh kepatuhan
dalam praktik higienisasi selama pembuatan dan penggunaan PF.
Dua pertemuan FAO/WHO oleh para ahli
keamanan mikrobiologi formula bayi bubuk menentukan kasus penyakit pada bayi
dihubungkan dengan konsumsi PF baik secara epidemiologi maupun mikrobiologi.
Mereka mengenali tiga kategori mikroorganisme berdasarkan pada kekuatan data
hubungan kausal antara keberadaan PF dan kesakitan pada bayi: a. mikroorganisme
dengan data kausal yang jelas, Salmonella enterica dan Enterobacter
sakazakii, b. mikroorganisme yang
menjadi penyebab penyakit pada bayi dan telah ditemukan dalam PF tetapi belum
secara pasti ditunjukkan baik secara epidemiologi maupun mikrobiologi untuk menjadi
vektor dan sumber infeksi, misalnya Enterobacteriaceae lain, c.
mikroorganisme yang kemungkinan kecil menjadi penyebab penyakit pada bayi,
belum dikenali dalam PF atau mikroorganisme yang sudah dikenali dalam PF tetapi
belum diimplikasikan sebagai penyebab suatu penyakit pada bayi, diantaranya Bacillus cereus, Clostridium botulinum, C. difficile,
C. perfringens, Listeria monocytogenes and Staphylococcus aureus.
Salmonella sp.
merupakan bakteri Gram negatif yang tidak berspora dan berbentuk batang dimana
mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan sifat morfologi dan fisiologi dari jenis yang lain dalam famili Enterobacteriaceae. Salmonella sp. Bersifat motil;
menghasilkan asam dan gas dari glukosa, maltosa, mannitol, dan sorbitol; tidak
dapat memfermentasikan laktosa, sukrosa, atau salisin; tidak membentuk indol,
tidak mengkoagulasikan susu, dan tidak mencairkan gelatin. Salmonella sp. bersifat parasit pada manusia dan hewan serta
menyebabkan reaksi peradangan pada traktus intestinal.[2]
Salmonella dikenal sebagai patogen
pada manusia sejak lama. Insiden salmonellosis
di antara bayi, yang berasal dari berbagai sumber, dilaporkan menjadi insiden
yang lebih dari delapan kali dan lebih besar dari insiden di semua usia di Amerika
Serikat (CDC, 2004). Bayi juga berkemungkinan lebih besar mengalami kematian
akibat salmonellosis atau penyakit parah lain, dan kondisi bayi khususnya dengan
immunocompromising(sistem imun
rendah) memang rentan . Hal ini tidak jelas apakah peningkatan jumlah insiden
salmonellosis di antara bayi hasil dari kerentanan lebih besar, atau apakah
dibanding kelompok usia lain bayi lebih butuh perawatan medis jika menunjukkan gejala
salmonellosis.
Setidaknya 6 laporan wabah Salmonelosis
melibatkan kira-kira 287 bayi telah dikaitkan dengan formula bubuk antara 1985
hingga 2005. Sebagian besar dari wabah ini terlibat serotipe Salmonella yang tidak biasa. Hal ini
diakui bahwa wabah dan kasus-kasus sporadis Salmonelosis disebabkan oleh formula bubuk yang cenderung kurang
dilaporkan.
Enterobacter sakazakii adalah
bakteri gram negatif yang berbentuk batang termasuk dalam famili
Enterobacteriaceae dan genus Enterobacter.
Spesifikasi dari mekanisme virulensi bakteri ini masih belum banyak
diketahui, tetapi bakteri ini menjadi agen yang pathogen karena mampu
menginfeksi sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan meningitis, cysts ataupun
brain abscess. Selain itu E. sakazakii
dapat menyebabkan necrotican enterocolitis pada beberapa kasus yang dilaporkan
pada kejadian outbreak di Eropa. E.
sakazakii termasuk dalam kelompok bakteri thermotolerant yang masih toleran
pada temperature sampai 60°C.[1]
Enterobacter
sakazakii(species Kronobakter) baru-baru ini telah muncul sebagai patogen bayi.
Pertemuan ahli FAO / WHO telah mengidentifikasi semua bayi (usia < 12 bulan)
sebagai penduduk beresiko untuk infeksi E.
sakazakii (Spesies Kronobakter).
Di antara kelompok ini, orang-orang berisiko terbesar adalah bayi baru lahir
(<28 hari), terutama bayi prematur, BBLR (< 2500 g), dan bayi immunocompromised, dan terjadi pada bayi
berusia kurang dari 2 bulan. Bayi dari ibu HIV-positif beresiko juga, karena
mereka secara khusus mungkin memerlukan susu formula dan mungkin lebih rentan
terhadap infeksi.
Infeksi E. sakazakii (Kronobacter
spesies) telah didokumentasikan sebagai kasus sporadis dan wabah. Sementara
insiden infeksi E. Sakazakii (spesies Kronobacter) pada bayi tampaknya
rendah, konsekuensi bisa saja parah. Manifestasi utama infeksi E. sakazakii (Spesies Kronobakter) pada bayi, yaitu, meningitis dan bacteraemia,
cenderung bervariasi dengan usia. Meningitis E. sakazakii (Spesies
Kronobakter) cenderung berkembang
pada bayi selama periode neonatal, sementara bacteraemia E. sakazakii (Spesies Kronobakter) cenderung berkembang dalam bayi prematur di
luar dari periode neonatal dengan umumnya terjadi pada bayi kurang dari 2
bulan. Namun, bayi dengan kondisi immunocompromising telah berkembang
bacteraemia didalamnya selambat-lambbatnya berusia 10 bulan dan sebelumnya bayi
sehat juga telah tumbuh penyakit invasif di luar periode neonatal. Infeksi
terjadi di rumah sakit dan rawat jalan. Tercatat bahwa bayi yang lebih tua
umumnya tinggal di rumah di masyarakat, infeksi pada bayi tersebut mungkin
lebih cenderung kurang-dilaporkan.
Tingkat kematian dilaporkan dari infeksi
E. Sakazakii (species Kronobakter) pada bayi bervariasi dengan 50% dilaporkan
dalam setidaknya satu wabah. Selain itu, porsi bayi yang bertahan cacat
permanen seperti keterbelakangan dan kondisi neurologis lainnya. Meskipun semua
wabah dikenal telah melibatkan bayi, kasus sporadis telah dilaporkan di
anak-anak dan orang dewasa, namun ini tidak terkait dengan formula bubuk.
Saat formula susu bubuk diketahui
sebagai sumber E. sakazakii (spesies kronobakter) dari banyak kasus,
secara epidemiologi maupun mikrobiologi tidak terlibat sebagai sumber infeksi.
Namun, dalam kasus tersebut tidak ada sumber infeksi baik secara epidemiologi
atau mikrobiologi terlibat. E. sakazakii
(Spesies Kronobakter) luas ditemukan
dalam lingkungan, sehingga bayi, anak-anak dan orang dewasa dapat terpapar
organisme ini dari berbagai sumber.
Wabah infeksi E. Sakazakii (species Kronobakter)
berhubungan dengan formula bubuk, terutama dalam konteks perawatan intensif
neonatal pengaturan. E. sakazakii (Spesies
Kronobakter) yang diketahui pada
konsentrasi rendah dalam proporsi formula bubuk. Sementara mikroorganisme telah
terdeteksi di jenis makanan dan lingkungan, hanya formula bubuk yang telah
dikaitkan dengan wabah penyakit.
Pada bayi dengan resiko yang paling
parah, seperti neonatal yang butuh perawatan intensif, cairan formula bayi yang
steril harus digunakan jika ada, kecuali dokter menyarankan sebaliknya. Jika memilih
makan steril yang tidak diperdagangkan, prosedur dekontaminasi efektif harus
digunakan.
Ada empat rute yang dapat E. sakazakii (Spesies Kronobakter) dan Salmonella
masuki ke dalam PF:
1)
Melalui bahan-bahan yang ditambahkan dalam operasi pencampuran kering selama
pembuatan PF.
2)
Melalui kontaminasi dari formula dari pengolahan lingkungan dalam langkah selama
atau setelah pengeringan.
3) Melalui kontaminasi PF setelah paket terbuka
dan
4)
Melalui kontaminasi selama atau setelah
reconstitution oleh pengasuh untuk makan.
E.
sakazakii (Spesies
Kronobakter) dapat ditemukan dalam banyak lingkungan seperti pabrik-pabrik
makanan, rumah sakit, institusi, fasilitas perawatan dan rumah. Di bidang
produksi, organisme dapat memperoleh banyak akses dalam baris pengolahan dan
produk, karena teknologi saat ini tidak dapat benar-benar menghilangkan
organisme ini dari lingkungan manufaktur.
Upaya pencegahan harus dilakukan dari
banyak aspek, ditujukan kepada produsen, penyedia layanan kesehatan, Pusat
penitipan siang hari serta pengasuh bayi, dan mempertimbangkan risiko untuk
bayi baik di dalam dan di luar periode neonatal.
Pelabelan Produk, program edukasi
konsumen dan pelatihan staf di rumah sakit harus diperbaharui, untuk memberikan
informasi yang memadai untuk pengasuh dalam penggunaan produk dengan aman dan
memberikan perhatian mengenai bahaya kesehatan tidak pantas persiapan dan
penanganan PF.
BAB
I. OBJEKTIVITAS
Tujuan dari kode
ini adalah untuk memberikan petunjuk praktis dan rekomendasi untuk pemerintah,
industri, petugas kesehatan profesional/pengasuh bayi dan anak-anak, yang
sesuai, pada higienisasi produksi formula bubuk dan higienisasi persiapan,
penanganan dan penggunaan penyusunan kembali formula. Kode suplemen direkomendasikan
oleh kode internasional dari praktek – Prinsip Umum Kebersihan Makanan (CAC/RCP
1-1969) dan kode higenisasi praktek untuk susu dan produk susu (CAC/RCP
57-2004), dengan penekanan pada kontrol yang menyalahi bahaya, khususnya Salmonella dan E. sakazakii (Spesies Kronobakter).
Kode tersebut mengidentifikasi langkah-langkah pengendalian yang relevan pada
berbagai langkah di rantai makanan yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko
pada bayi dan anak-anak yang berkaitan
dengan konsumsi bubuk formula.
BAB
II. RUANG LINGKUP, PENGGUNAAN dan DEFINISI
2.1
Ruang lingkup
Kode
ini mencakup produksi, persiapan dan penggunaan produk-produk yang tersedia
dalam bentuk bubuk, disebut sebagai bubuk formula (PF) yang bertujuan untuk
dokumen ini, dan secara khusus dibuat untuk bayi dan anak-anak sebagai
pengganti ASI, untuk melengkapi susu formula bayi atau kombinasi dengan makanan
lain sebagai bagian dari penyapihan bayi dengan usia lebih tua dan anak-anak.
Produk termasuk formula bayi, formula lanjutan, formula yang dikhususkan untuk
keperluan medis dimaksudkan untuk bayi dan yang berfungsi sebagai sumber
gizi, ASI yang difortifikasi dan bubuk
formula untuk keperluan medis khusus bayi dan anak-anak dimaksudkan untuk mengganti atau menambah ASI, formula bayi
atau formula lanjutan.
2.1.1
Rantai Makanan
Dokumen
ini mengikuti rantai makanan dari produksi primer sampai pada konsumen akhir,
menetapkan kondisi kebersihan yang diperlukan untuk memproduksi makanan yang
aman dan layak untuk dikonsumsi. Dokumen ini menyediakan struktur dasar bagi
yang lain, lebih spesifik, kode yang berlaku untuk sektor – sektor tertentu.
Kode khusus dan pedoman harus dibaca bersamaan dengan dokumen ini dan HACCP
serta Annex.[3]
2.1.2
Peran pemerintah, Industri, Dan Konsumen.
Dokumen yang
ditujukan pada pengguna termasuk pemerintah nasional, produsen, petugas
kesehatan profesional dan pengasuh untuk bayi dan anak-anak.
Meskipun
tanggung jawab utama terletak pada produsen dengan memastikan formula bubuk
yang diproduksi aman dan cocok dalam penggunaannya, ada sebuah kendali efektif
berkesambungan yang perlu dilakukan oleh pihak lain, termasuk produsen bahan
dan bahan kemasan dan pengasuh bayi dan anak-anak kecil, untuk meminimalkan
risiko dan untuk memastikan kesesuaian formula bubuk.
Hubungan timbal
balik dan dampak dari satu segmen rantai makanan terhadap segmen lain penting
untuk memastikan bahwa potensi kesenjangan dalam rantai makanan ditangani
melalui komunikasi dan interaksi antara pemasok bahan, produsen, distributor
dan pengasuh.
Ini adalah tanggung
jawab terutama produsen untuk melakukan analisis bahaya dalam konteks
mengembangkan sistem kontrol berdasarkan HACCP atau sistem lain yang setara, dengan
demikian dapat mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya yang terkait dengan bahan-bahan
yang masuk; namun, pengasuh juga harus memiliki pemahaman tentang bahaya yang
terkait dengan formula bubuk untuk membantu meminimalkan risiko yang terkait
dengan bahaya yang terlibat.
Untuk mencapai rangkaian
yang efektif dengan tujuan mengurangi risiko, berbagai pihak harus memberi
perhatian khusus untuk tanggung jawab berikut:
1.
Produsen dan produsen
bahan baku harus memastikan bahwa pertanian, higienis dan praktek peternakan
yang baik dipekerjakan oleh petani. Praktik ini harus disesuaikan, sebagaimana
mestinya, untuk setiap keselamatan yang berhubungan dengan kebutuhan khusus yang
ditentukan dan disampaikan oleh produsen.
2.
Produsen bahan dan
bahan kemasan harus memanfaatkan produksi dan praktek higienis yang baik dan
memiliki sistem HACCP yang dilaksanakan. Setiap kebutuhan untuk langkah-langkah
tambahan yang disampaikan produsen PF, dan yang diperlukan untuk mengontrol
bahaya di PF harus dilaksanakan.
3.
Produsen PF harus
memanfaatkan produksi dan praktek higienis yang baik, terutama yang disajikan
dalam kode ini. Setiap kebutuhan untuk langkah-langkah tambahan yang berkaitan
dengan mengendalikan bahaya di awal rantai makanan harus secara efektif
disampaikan kepada pemasok untuk memungkinkan mereka beradaptasi dengan operasi
mereka agar memenuhi persyaratan. Demikian pula, produsen harus menerapkan
kontrol atau menyesuaikan proses produksi mereka berdasarkan kemampuan pemasok
bahan untuk meminimalkan atau mencegah bahaya yang terkait dengan bahan-bahan.
Kebutuhan tambahan harus didukung oleh analisis bahaya yang memadai dan harus memperhitungkan
keterbatasan teknologi selama pemrosesan.
4.
Produsen harus
memberikan informasi yang akurat dan dapat dimengerti seseorang yang termasuk
dalam rantai makanan, termasuk pengguna akhir/pengasuh, untuk menggunakan
produk yang tepat. Ini termasuk langkah-langkah tambahan untuk mengontrol
bahaya di formula selama dan setelah rekonstitusi / pemulihan.
5.
Distributor, transportasi
/ jasa angkut dan pengecer harus menjamin bahwa PF di bawah kendali mereka
ditangani dan disimpan dengan benar dan sesuai petunjuk produsen.
6.
Rumah sakit dan
lembaga-lembaga harus menetapkan higienis kamar dirancang ditunjuk untuk
persiapan formula dan good practices higienis (misalnya HACCP, label persiapan makanan,
petunjuk kebersihan dan pembersihan, pengontrolan suhu, keluaran produk akhir,
dll), dan harus memberikan pelatihan yang efektif untuk pengasuh bayi.
7.
Petugas kesehatan
profesional dan pengasuh harus menyediakan pelatihan higienisasi yang efektif
untuk konsumen (orang tua dan pengasuh) untuk memastikan bahwa persiapan, penanganan
dan penyimpanan PF sesuai petunjuk produsen.
8.
Pengasuh bayi harus
memastikan bahwa PF disiapkan, ditangani dan disimpan menurut petunjuk pabrik.
9.
Untuk memastikan keefektifan
pelaksanaan kode ini, petugas yang berwenang harus memiliki kerangka legislatif
(misalnya, tindakan, peraturan, pedoman dan persyaratan), infrastruktur memadai
dan pemeriksa terlatih dan personil. Untuk sistem kontrol makanan impor dan
ekspor, referensi harus membuat panduan untuk pemeriksaan desain, operasi,
penilaian dan akreditasi makanan impor dan ekspor serta sertifikasi sistem
(CAC/GL 26-1997) dan terkait Codex. Program pengendalian harus fokus pada audit
dokumentasi yang relevan yang menunjukkan bahwa setiap peserta sepanjang rantai
telah bertanggung jawab untuk memastikan bahwa produk akhirnya memenuhi tujuan penegakan
keselamatan makanan dan/atau tujuan yang terkait dan kriteria. Selain itu,
bimbingan memadai bagi konsumen dan program pendidikan konsumen harus
disediakan.
Hal
ini penting bahwa kejelasan komunikasi dan interaksi antara semua pihak untuk
membantu meyakinkan bahwa ada praktik terbaik yang digunakan, masalah
diidentifikasi dan diselesaikan dalam cara yang cepat, dan integritas seluruh
rantai makanan dipertahankan.
2.2 Penggunaan
Dokumen ini
mengikuti format Codex kode praktek internasional yang direkomendasikan - prinsip-prinsip
umum kebersihan makanan (CAC/RCP 1-1969). Ketentuan dalam dokumen ini tambahan
untuk dan harus digunakan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip umum
kebersihan makanan (CAC/RCP 1-1969), termasuk lampiran analisis bahaya dan
sistem kontrol kritis (HACCP) dan pedoman untuk aplikasi, dan kode praktek higienisasi
untuk susu dan produk susu (CAC/RCP 57-2004).
Di
mana berlaku, dokumen ini harus digunakan dalam kombinasi dengan Kode International
Pemasaran Pengganti ASI, yang terkait resolusi WHA dan strategi Global WHO untuk
pemberian makan bayi dan anak kecil.
2.3 Definisi
Bayi:
seseorang tidak berumur lebih dari 12 bulan.
Anak
– anak kecil: seseorang dengan usia lebih dari 12
bulan hingga usia tiga tahun (36 bulan).
ASI
yang difortifikasi: (juga dirujuk sebagai pelengkap
ASI atau ASI yang difortifikasi di beberapa negara) produk yang dapat
ditambahkan ke ASI untuk menyediakan nutrisi tambahan untuk makanan BBLR dan
bayi prematur.
Bubuk
formula: tujuan untuk kode praktik ini mencakup
semua jenis bubuk formula untuk bayi dan anak-anak, termasuk: bubuk formula
bayi, formula lanjutan, formula untuk keperluan medis khusus dimaksudkan untuk
bayi sebagai satu-satunya sumber gizi, ASI yang terfortifikasi, dan formula
untuk keperluan medis khusus untuk bayi dan anak-anak, dimaksudkan untuk
sebagian mengganti atau menambah ASI, formula bayi atau formula tindak lanjut.
Susu
formula bayi: berarti pengganti ASI yang diproduksi
secara khusus untuk memuaskan, dengan sendirinya, persyaratan gizi bayi selama
bulan pertama hingga pengenalan makanan yang sesuai.
Formula
lanjutan: berarti makanan yang dimaksudkan untuk
digunakan sebagai makanan pendamping untuk bayi 6 bulan dan anak – anak.
Formula
untuk keperluan medis khusus dimaksudkan untuk bayi (satu-satunya sumber gizi):
berarti pengganti ASI atau susu formula yang sesuai dengan bagian 2, deskripsi,
Codex standar untuk Labelling dan klaim makanan untuk tujuan medis khusus
(CODEX STAN 180-1991) dan diproduksi secara khusus untuk memuaskan, dengan
sendirinya, persyaratan gizi khusus bayi dengan gangguan tertentu, penyakit
atau kondisi medis selama bulan pertama hingga pengenalan makanan yang sesuai.
Formula
untuk keperluan medis khusus untuk bayi dan anak-anak (bukan satu-satunya
sumber gizi): berarti formula yang sesuai dengan
bagian 2, deskripsi, Codex standar untuk Labelling dan klaim makanan untuk
tujuan medis khusus (CODEX STAN 180-1991) dan diproduksi secara khusus untuk
memuaskan, dalam kombinasi dengan ASI atau susu formula atau formula lanjutan,
persyaratan gizi khusus bayi dan anak-anak dengan gangguan, penyakit atau
kondisi medis tertentu.
Proses
pencampuran basah: proses produksi yang semua unsur
dari formula bayi ditangani di fase cair, dan mungkin melibatkan homogenisasi, perlakuan
panas, konsentrasi dengan penguapan dan kemudian dikeringkan.
Proses
pencampuran kering: proses produksi yang semua unsur
dari formula bayi diproses kering dan dicampur untuk mendapatkan formula akhir
yang diinginkan.
Proses
gabungan: proses produksi dimana beberapa unsur
formula diproses secara basah dan kering dan bahan-bahan lain ditambahkan dalam
bentuk kering setelah perlakuan panas.
BAB
III - PRODUKSI UTAMA
Tujuan:
produksi utama harus diatur sedemikian rupa agar yakin bahwa makanan aman dan
sesuai kegunaan. Saat dibutuhkan termasuk:
Mencegah
penggunaan area dimana lingkungan terpapar ancaman keamanan pangan.
Mengontrol
kontaminasi, hama dan penyakit binatang dan tanaman sedemikian rupa supaya
tidak terpapar.
Menggunakan
perlakuan dan pengukuran untuk memastikan makanan yang diproduksi ada dalam
kondisi higienis yang layak.
Alasan:
Untuk mengurangi kemungkinan terkenanya bahaya yang dapat mempengaruhi keamanan
pangan atau kelayakan untuk dikonsumsi sebagai tahap akhir dari rantai makanan.[3]
3.1. Kebersihan
lingkungan
Sumber
yang potensial untuk kontaminasi dari lingkungan harus dipertimbangkan. Khususnya,
produksi makanan utama seharusnya tidak dilakukan pada area dimana substansi
yang membahayakan muncul akan mengakibatkan kadar substansi tidak diperbolehkan
dalam makanan. [3]
3.2 Kebersihan
sumber makanan untuk produksi.
Pengaruh
potensial terhadap aktivitas produksi utama pada keamanan dan kelayakan makanan
harus dipertimbangkan setiap saat. Khususnya, termasuk pengidentifikasian poin
spesifik pada aktivitas dimana kemungkinan besar kontaminasi bisa muncul dan
memerlukan pengukuran spesifik untuk meminimalkan kemungkinan tersebut. Dasar
HACCP dapat membantu dalam melakukan pengukuran.
Produsen harus
mengimplementasikan pengukuran secara praktis terhadap:
Kontrol
kontaminasi dari udara, tanah, air, pakan, pupuk (termasuk pupuk alami),
pestisida, obat-obatan hewan/ agent lain yang digunakan dalam produksi utama.
Kontrol
kesehatan tanaman dan hewan sehingga tidak terpapar ancaman terhadap kesehatan
manusia melalui konsumsi makanan/ mempengaruhi kelayakan produk, dan
Melindungi
sumber makanan dari kotoran dan kontaminasi lain.
Khususnya,
perawatan harus dilakukan untuk mengatur limbah dan penyimpanan substansi
berbahaya yang sesuai program di ladang yang meraih tujuan keamanan secara
spesifik itu bagian penting dari produksi utama dan harus didukung. [3]
3.3 Penanganan,
penyimpanan dan transportasi
Prosedur harus:
Makanan
dan bahan harus disortir untuk memisahkan mana yang tidak sehat untuk
dikonsumsi manusia.
Meletakkan
bahan yang tidak masuk kriteria kesehatan dengan perlakuan yang higienis, dan
Melindungi
makanan dan bahan dari kontaminasi oleh hama, kimia, fisik, mikroba, atau
substansi lain selama penanganan, penyimpanan dan transportasi.
Perawatan
dilakukan untuk mencegah kebusukan melalui pengukuran yang layak termasuk
kontrol suhu, kelembapan, dll. [3]
3.4 Pembersihan,
Perawatan, dan Kebersihan personel
Fasilitas dan
prosedur yang sesuai harus dilakukan untuk meyakinkan:
Pembersihan
yang diperlukan dan perawatan secara efektif.
Derajat
kebersihan personel harus dijaga. [3]
BAB IV –
BANGUNAN : DESAIN DAN FASILITAS
Tujuan:
Tergantung pada sifat dari operasi, dan risiko yang terkait dengan mereka, tempat usaha, peralatan dan
fasilitas harus ditempatkan, dirancang dan dibangun untuk memastikan bahwa :
Kontaminasi diminimalkan.
Desain dan tata letak memperbolehkan pemeliharaan yang sesuai, kebersihan, dan
desinfekasi dan meminimalkan kontaminasi melalui udara.
Permukaan dan bahan, khususnya yang berhubungan dengan makanan, dimaksudkan
tidak beracun jika digunakan, dan jika perlu tahan lama, dan mudah untuk dipelihara dan dibersihkan.
Tepat
guna, fasilitas yang memadai tersedia untuk suhu, kelembaban dan kontrol lainnya.
Ada perlindungan yang efektif terhadap akses
hama dan tempat sembunyi.[3]
Alasan:
Perhatian terhadap desain dan
konstruksi higienis yang baik , lokasi yang tepat, dan penyediaan fasilitas yang memadai, diperlukan agar
bahaya dapat dikendalikan secara
efektif.[3]
Fasilitas dan peralatan harus
dirancang, dibangun dan ditata untuk mencegah masuknya Salmonella dan E.sakazakii
(spesies Cronobacter) ke daerah
dengan tingkat kebersihan yang tinggi dan untuk meminimalkan pembentukan atau
pertumbuhan di tempat berlindung. Hal ini juga diketahui bahwa :
Salmonella dan E. sakazakii (spesies Cronobacter) di daerah dengan tingkat
kebersihan yang tinggi dari perusahaan manufaktur PF dipicu oleh pemisahan area
basah dan kering yang tidak memadai dan / atau kontrol yang jelek selama
pergerakan karyawan, peralatan dan barang.
Pembentukan Salmonella dan E. sakazakii (Spesies Kronobakter) di tempat berlindung disukai
oleh kondisi seperti adanya air dan terjadinya situs atau struktur yang
memungkinkan koleksi bahan proses dan mencegah penghapusan yang cepat dari
organisme melalui prosedur pembersihan yang tepat.
Peningkatan E. sakazakii (Spesies Kronobakter),
biasanya sudah menjadi bagian dari flora normal seperti area kebersihan tinggi,
disukai oleh adanya air, bahkan dalam jumlah beberapa menit dapat ditemukan
misalnya, di tempat kondensasi.
Penerapan
prosedur pembersihan basah telah dikaitkan dengan terjadinya dan penyebaran Salmonella dan khususnya E. sakazakii (spesies Cronobacter).
4.1 LOKASI
4.1.1 Perusahaan
Potensi sumber kontaminasi perlu
dipertimbangkan ketika memutuskan dimana lokasi perusahaan makanan, serta
efektifitas setiap tindakan yang layak dan mungkin diambil unutk melindungi
makanan. Perusahaan sebaiknya tidak ditempatkan dimana-mana,setelah
mempertimbangkan upaya perlindungan tersebut, jelas bahwa akan menjadi ancaman
baik keamanan atau kesesuaian pangan. Secara khusus, perusahaan biasanya harus
terletak jauh dari :
Area
lingkungan yang tercemar dan kegiatan industri yang menimbulkan ancaman serius
dalam mencemari makanan.
Area sasaran
banjir kecuali disediakan area perlindungan yang memadai.
Area yang
rentan terhadap infestasi/infeksi hama.
Area dimana
terdapat limbah, baik padat atau cair, tidak dapat dibersihkan secara efektif.[3]
4.1.2 Peralatan
Peralatan harus dirancang,
ditempatkan, dipasang dan dipelihara dengan cara membersihkan fasilitas secara
efektif dan menggunakan desinfektan, sehingga menghindari tempat terjadinya di
mana akumulasi residu dapat mengambil alih tempat tesebut. Jika air tersedia, residu
tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan mikroba, sehingga meningkatkan resiko
kontaminasi. [3] Selain itu,
peralatan harus berada di tempat yang :
Memungkinkan
perawatan dan pembersihan yang memadai.
Memiliki
fungsi yang sesuai dengan penggunaannya (tepat guna).
Memfasilitasi
praktek kebersihan yang baik/benar, termasuk kegiatan pemantauannya.
4.2 BANGUNAN
dan RUANGAN
4.2.1 Desain dan tata letak
Apabila diperlukan, desain internal
dan tata letak perusahaan makanan harus
mempunyai izin praktek kebersihan makanan yang baik, termasuk
perlindungan terhadap kontaminasi silang baik antara maupun selama pengolahan
bahan makanan.[3] Selain itu:
Daerah proses pengeringan dimulai
dengan tahap pengeringan sampai dengan pengisian dan penutupan kaleng yang bersifat
kedap udara serta dipertahankan di daerah dengan tingkat kebersihan yang
tinggi. Desain internal dan tata letak perusahaan manufaktur PF harus
memastikan pemisahan fisik daerah pengolahan basah dari daerah pengolahan
kering dengan tepat dimana pasca proses kontaminasi dari lingkungan bisa
terjadi.
Agar efektif, pemisahan fisik atau
yang dikenal sebagai zonasi, perlu dilengkapi dengan langkah-langkah yang tepat
seperti menjaga tekanan udara positif untuk mencegah masuknya udara tanpa
filter ke dalam daerah dengan tingkat kebersihan yang tinggi.
Akses ke daerah yang memiliki
tingkat kebersihan yang tinggi perlu dibatasi dan dikontrol melalui
langkah-langkah yang dirancang untuk menghindari atau meminimalkan masuknya
patogen. Hal ini umumnya dicapai melalui
alat penghubung yang dirancang dengan tepat sebagai kunci untuk personil
(misalnya, untuk memperbolehkan menggunakan pakaian pelindung luar dan penutup alas kaki), untuk bahan
(misalnya, bahan yang digunakan dalam proses pencampuran kering atau bahan
kemasan), untuk peralatan yang memerlukan transportasi dari daerah kebersihan
tinggi dan kembali lagi (misalnya untuk pemeliharaan dan atau pembersihan
basah). Sistem filtrasi untuk udara yang digunakan di dalam gedung atau untuk
pengangkutan bahan-bahan maupun produk yang juga bagian dari prinsip zonasi ini
serta harus dirancang dan dipasang sesuai. Kondensasi harus dicegah di daerah
dengan tingkat kebersihan yang tinggi.
4.2.2 Struktur internal dan alat
kelengkapan
Struktur dalam perusahaan manufaktur
PF sebaiknya dibangun dari bahan-bahan yang tahan lama dan mudah untuk
dipelihara, dibersihkan dan lokasi yang tepat, serta mudah untuk didesinfeksi.
Persyaratan perlu disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi di daerah yang
berbeda (basah dan kering) seperti yang
telah diuraikan dalam Bagian 4.2.1. Perhatian khusus diperlukan di daerah
kering yang memiliki tingkat kebersihan tinggi untuk menghindari penciptaan
situs berongga yang tidak dapat diakses untuk mendukung akumulasi residu debu
dan produk yang mungkin, dengan adanya air, mengarah pada pembentukan tempat
perlindungan.
Karena kemampuan Salmonella dan E. sakazakii (spesies Kronobakter)
bertahan hidup di lingkungan kering untuk jangka waktu yang lama, perawatan
harus dilakukan ketika kegiatan konstruksi yang direncanakan, misalnya
modifikasi tata letak membutuhkan pemindahan potongan peralatan.
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat mengusir Salmonella
atau E. sakazakii (spesies Kronobakter) dari tempat
pelindungan yang sebelumnya tersembunyi, dan memberikan kontribusi pada
penyebaran organisme di seluruh pabrik. Oleh karena itu penting untuk
mengisolasi daerah-daerah pembangunan dan memperkuat prosedur pembersihan serta
pemantauan lingkungan seperti yang dijelaskan dalam Annex III.
Selain itu, secara khusus kondisi
tertentu berikut ini mutlak diperlukan untuk melindungi keselamatan dan
kesesuaian makanan :
Permukaan
dinding, partisi, dan lantai harus terbuat dari bahan yang tahan tanpa efek
beracun dalam penggunaan yang dimaksudkan.
Dinding dan
partisi harus memiliki permukaan yang halus dengan ketinggian yang tepat untuk
suatu proses.
Lantai harus
dibangun unutk memungkinkan sistem pengairan (drainase) dan pembersihan yang
memadai.
Langit –
langit dan fitur pengeluaran tambahan yang harus dibangun dan diselesaikan
untuk meminimalkan bagunan dari kotoran dan kondensasi, serta penumpahan
partikel.
Jendela
harus mudah dibersihkan dan dibangun untuk meminimalkan bangunan dari kotoran
dan dilengkapi dengan penghapusan dan pembersihan layar dari serangga. Jika
diperlukan, jendela harus diperbaiki.
Pintu harus
memiliki permukaan halus dan tidak menyerap, serta mudah untuk dibersihkan dan
jika perlu menggunakan desinfektan.
Permukaan
kerja yang bersentuhan langsung dengan makanan harus dalam kondisi yang sehat,
tahan lama dan mudah dibersihkan, dipelihara dan didesinfeksi. Mereka harus
dibuat dari permukaan licin, tidak menyerap bahan, dan inert (tidak bereaksi)
untuk makanan, untuk deterjen dan desinfektan dalam kondisi operasi normal.[3]
4.2.3 Sementara / tempat ponsel dan
mesin penjual
Bangunan dan struktur dibahas di
sini termasuk kios pasar, penjualan ponsel dan
penjual kaki lima, tempat sementara di mana makanan ditangani seperti di
tenda-tenda.
Tempat dan struktur tersebut harus
diletakkan, dirancang dan dibangun untuk menghindari, serta sejauh mana hama
mencemari makanan dan tempat
penampungan.
Dalam menerapkan kondisi-kondisi dan
persyaratan tertentu, setiap bahaya kebersihan makanan yang berkaitan dengan
fasilitas tersebut harus cukup dikendalikan untuk menjamin keamanan dan
kesesuaian makanan.[3]
4.3
PERALATAN
4.3.1 Umum
Peralatan dan wadah (selain wadah
yang sekali pakai dan kemasan) yang kontak dengan makanan, harus dirancang dan
dibangun untuk memastikan bahwa mereka cukup dibersihkan, didesinfeksi dan
dipelihara untuk menghindari kontaminasi makanan. Peralatan dan wadah harus
terbuat dari bahan tanpa efek beracun dalam penggunaan yang dimaksudkan. Jika
diperlukan, peralatan harus tahan lama dan bergerak atau tidak bisa dibongkar
untuk memungkinkan pemeliharaan, pembersihan, pemantauan disinfeksi, dan
misalnya, untuk memudahkan pemeriksaan hama.[3]
Selain itu:
Karena kemampuan Salmonella dan E. sakazakii (Spesies
Kronobakter) untuk bertahan di lokasi yang tersembunyi untuk jangka waktu
yang lama, peralatan pengolahan harus dirancang, dibangun dan dipelihara untuk
menghindari misalnya, retak, celah, lasan kasar, tabung hampa dan struktur,
fitting dekat, logam dengan logam atau logam dengan permukaan plastik,
antarmuka antara lantai dan peralatan, isolasi tidak cukup kuat untuk pemasangan dan pengelolaan, segel
aus atau tempat lain yang tidak dapat dijangkau selama pembersihan.
Sementara unsur-unsur ini perlu
ditangani dengan benar dalam keseluruhan pembentukan dan diperlukan perhatian
khusus di daerah dengan tingkat kebersihan yang tinggi dimana kontaminasi harus
dicegah.
Dalam hal
peralatan yang terletak di daerah dengan tingkat kebersihan yang tinggi,
perhatian khusus diperlukan untuk memastikan bahwa peralatan dapat dibersihkan
dengan menggunakan teknik dry-cleaning. Hal ini juga penting untuk menghindari
kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kondensasi, termasuk pada permukaan
internal dari peralatan.
4.3.2 Makanan
kontrol dan peralatan pemantauan
Selain persyaratan umum dalam
paragraf 4.3.1, perlengkapan digunakan untuk memasak, menghilangkan panas,
dingin, penyimpanan atau makanan beku harus dirancang untuk mencapai suhu
makanan yang dibutuhkan secepat yang diperlukan untuk kepentingan keamanan dan
kesesuaian pangan, dan memelihara secara efektif. Peralatan tersebut juga harus
dirancang untuk memungkinkan suhu dipantau dan dikendalikan. Jika diperlukan,
peralatan tersebut harus memiliki sarana yang efektif untuk mengendalikan dan
memantau kelembaban, aliran udara, dan karakteristik lain yang mungkin memiliki
efek yang merugikan keamanan makanan. Persyaratan ini dimaksudkan untuk
memastikan bahwa:
Berbahaya
atau tidak diinginkannya mikroorganisme dan dieliminasinya racun atau dikurangi
ke tingkat yang aman atau kelangsungan hidup dan pertumbuhan dikendalikan
secara efektif.
Bila sesuai,
batas kritis didirikan pada rencana berbasis HACCP yang dapat dipantau, dan suhu dan kondisi
lain yang diperlukan untuk keamanan dan kesesuaian pangan dapat dengan cepat
dicapai dan dipertahankan.[3]
4.3.3 Wadah
untuk limbah dan zat-zat tidak termakan
Wadah untuk limbah, produk samping
dan zat tidak termakan atau berbahaya, harus diidentifikasikan secara spesifik,
sesuai dengan konstruksi dan bahan kedap air. Wadah yang digunakan untuk
menahan zat berbahaya harus diidentifikasi dan dikunci untuk mencegah
kontaminasi berbahaya yang disengaja maupun tidak pada makanan.
[3]
4.4
FASILITAS
4.4.1
Pasokan air
Pasokan yang cukup dari air minum
dengan fasilitas yang sesuai untuk distribusi penyimpanan dan kontrol suhu,
harus tersedia bila diperlukan untuk menjamin keamanan dan kesesuaian makanan.
Air minum harus seperti yang
ditentukan dalam edisi terbaru dari Pedoman Kualitas Air Minum WHO, atau air
dari standar yang lebih tinggi. Air yang tidak dapat diminum (misalnya
digunakan dalam pengendalian kebakaran, produksi uap, pendingin dan tujuan
serupa lain di mana tidak akan mengkontaminasi makanan), wajib memiliki sistem
terpisah. Sistem air yang tidak dapat diminum harus diidentifikasi dan tidak
dapat terhubung atau memungkinkan refluks ke dalam sistem air minum tersebut.[3]
Selain itu :
Untuk
menjaga tempat dengan tingkat kebersihan yang
tinggi sekering mungkin, ketersediaan dan keberadaan air serta sistem
distribusi yang sesuai harus dibatasi sedapat mungkin di daerah-daerah.
4.4.2
Drainase dan pembuangan limbah
Sistem pengairan (drainase) dan
pembuangan limbah yang memadai serta fasilitas harus disediakan. Mereka harus
dirancang dan dibangun sehingga risiko kontaminasi makanan atau air minum dapat
dihindari. [3] Selain itu :
Untuk menjaga daerah dengan tingkat
kebersihan yang tinggi sekering mungkin, penggunaan saluran kering dianjurkan
karena akan mencegah adanya residu air yang dapat menyebabkan pertumbuhan dan
penyebaran mikroorganisme termasuk patogen yang bersangkutan dan indikator
proses kebersihan.
Di
daerah-daerah basah, dianjurkan menggunakan desain saluran yang higienis.
4.4.3
Pembersihan
Fasilitas yang memadai dan harus
sesuai dengan petunjuk yang disediakan untuk membersihkan makanan, peralatan
dan perlengkapan. Fasilitas tersebut harus memiliki pasokan yang cukup dari air
minum baik yang panas maupun dingin.[3] Selain itu :
Untuk menjaga daerah dengan tingkat
kebersihan yang tinggi benar-benar kering atau sekering mungkin dengan
penerapan prosedur dry-cleaning yang dianjurkan. Teknik pembersihan tersebut
berlaku bagi tempat serta peralatan. Jika tidak layak, pembersihan basah terkontrol
dapat digunakan selama pengeringan yang cepat dan menyeluruh dari peralatan dan
lingkungan yang terjamin.
Dimana
prosedur pembersihan basah diterapkan, pilihan manajemen yang tepat harus
dilaksanakan seperti prosedur operasi yang akan memastikan pembersihan yang
terkendali dengan baik dan penghapusan yang cepat residu air segera setelahnya.
4.4.4
Fasilitas higiene karyawan dan toilet
Fasilitas kebersihan personil harus
tersedia untuk memastikan tingkat kebersihan pribadi yang sesuai dan dapat dipertahankan
untuk menghindari kontaminasi makanan. Apabila diperlukan, fasilitas harus
mencakup :
Kebersihan
sarana mencuci dan mengeringkan tangan, termasuk wastafel dan pasokan air panas
maupun dingin (atau sesuai suhu terkontrol.
WC
sesuai dengan desain higiene.
Mengubah
fasilitas yang cukup kuat untuk personil.
Fasilitas
tersebut harus sesuai dengan letak dan petunjuknya.[3]
4.4.5
Kontrol suhu
Tergantung
pada sifat dasar dari operasi makanan yang dilakukan, fasilitas yang memadai
harus tersedia untuk pemanasan, pendinginan, memasak, pendingin dan makanan
beku, untuk menyimpan makanan dalam lemari es atau beku, pemantauan suhu
makanan, dan bila perlu, mengontrol suhu lingkungan untuk menjamin keamanan dan
kesesuaian makanan.[3]
4.4.6
Kualitas udara dan ventilasi
Sarana ventilasi alami atau mekanis
yang memadai dan harus disediakan, khususnya untuk :
Meminimalkan
kontaminasi makanan lewat udara misalnya, dari aerosol dan tetesan kondensasi.
Mengontrol
suhu kamar.
Mengontrol
bau yang dapat mempengaruhi kesesuaian makanan.
Kontrol
kelembaban jika perlu, untuk menjamin keamanan dan kesesuaian makanan.
Sistem ventilasi harus dirancang dan
dibangun sehingga udara tidak mengalir dari daerah yang terkontaminasi menuju
ke daerah yang bersih daerah dan jika perlu, mereka cukup dipelihara dan
dibersihkan.[3] Selain itu :
Penting untuk memasang penanganan
udara dan unit ventilasi sedemikian rupa untuk memastikan integritas prinsip
zonasi. Penting untuk memasang dan memelihara unit penanganan udara sehingga
mereka tidak menjadi sumber kontaminasi. Sebagai contoh, desain yang sesuai dan
pemasangan filter harus menghindari pemotongan saluran udara tanpa filter, dan
akumulasi kondensat harus dihindari melalui desain yang sesuai dari drainase.
Saringan
udara harus dipasang erat dan disegel benar dengan gasket untuk mencegah
masuknya udara tanpa filter. Sebaiknya pipa masuk udara di luar harus terletak
jauh dari pengering knalpot , boiler (alat pemanggang), dan lingkungan
kontaminan lainnya. Filter harus diganti atau dibersihkan dan didesinfeksi
secara teratur dengan cara yang tidak mencemari lingkungan pengolahan.
4.4.7 Lampu
Pencahayaan
alami atau buatan yang memadai harus disediakan untuk memungkinkan usaha agar
dapat beroperasi dengan cara yang higiene. Jika diperlukan, pencahayaan tidak
harus sedemikian rupa sehingga warna yang dihasilkan adalah menyesatkan.
Intensitas cahaya harus sesuai dengan sifat dasar operasi (proses pengolahan).
Pencahayaan merupakan peralatan tetap yang
harus ada, bila perlu, dilindungi untuk memastikan makanan yang tidak mengalami
kerusakan akibat terkontaminasi.[3]
4.4.8 Penyimpanan
Jika diperlukan, fasilitas yang
memadai untuk penyimpanan makanan, bahan dan bukan makanan berbahan kimia
(misalnya bahan pembersih, pelumas, bahan bakar) harus disediakan.
Apabila diperlukan, tempat
penyimpanan makanan harus dirancang dan dibangun untuk:
Mengizinkan
pemeliharaan dan pembersihan yang memadai.
Menghindari
akses hama dan naungan.
Memungkinkan
makanan untuk dilindungi secara efektif dari kontaminasi selama penyimpanan.
Jika perlu,
menyediakan lingkungan yang dapat meminimalkan kerusakan makanan (misalnya
dengan suhu dan kontrol kelembaban).
Jenis fasilitas penyimpanan yang
diperlukan akan tergantung pada sifat makanan. Jika diperlukan, pemisahan dan fasilitas
penyimpanan yang aman untuk bahan pembersih dan bahan berbahaya harus
disediakan.[3]
SECTION
V- KONTROL OPERASI
5.1 Pengontrolan
Bahaya Makanan
Kode praktik
kontrol hazard fokus pada mikrobiologi dan khususnya Salmonella dan E.sakaazakii
(cronobacter spesies). Kombinasi dari langkah-langkah kontrol harus
mengendalikan secara efektif identifikasi bahaya mikroba di formula bubuk.
Ketika susu dan
produk susu yang digunakan dalam proses, ini harus memenuhi persyaratan kode
higuenitas untuk susu dan produk susu (CAC/RCP 57-2004).
5.2 Kunci
Aspek Sistem Pengendalian Higienisasi
5.2.1 Pengontrolan
Waktu dan Suhu
Kontrol
waktu/suhu (panas/dingin) harus diperiksa secara berkala dan diuji akurasinya.
Pada operasi manufaktur dimana perlakuan panas merupakan critical control
points (CCPs) untuk pengurangan atau penghilangan patogen, dengan catatan
waktudan suhu [emrosesan harus dipertahankan.
5.2.2 Langkah
proses spesifik
Formula bubuk
umumnya diproduksi dengan menggunakan proses pencampuran basah, kering ata
kombinasi. Untuk semua jenis proses yang
dilakukan, langkah yang diambil seharusnya menghindari kontaminasi poduk selama
penanganan produk kering.
Langkah-langkah
yang berkontribusi untuk praktek produksi yang baik meliputi:
5.2.2.1 Pengolahan
panas
Untuk proses campuran basah:
Perlakuan
panas adalah langkah penting dalam menjamin keamanan formula bubuk. Perlakuan
panas yang dimaksud seharusnya seperti proses mikrobiosidal, minimal, cukup
untuk mencapai pasteurisasi, yang merupakan dasar untuk mengurangi patogen
vegetativ ke tingkat dimana patogen tidak berbahaya untuk kesehatan. Kombinasi
waktu/suhu yang digunakan untuk mencapai pasteurisasi harus mempertimbangkan
sifat-sifat produk, misalnya kandungan lemak, tingkat kekeringan, total padatan,
dll., yang dapat berdampak pada target organisme yang tahan panas. Perlakuan
panas dianggap sebagai CCPs dan oleh karena itu prosedur harus di tempat untuk
mendeteksi penyimpangan seperti suhu tetes dan kurangnya perawatan, dan untuk
mengambil tindakan korekstif yang tepat seperti pemantauan produk kembali untuk
dibuang atau diproses kembali.
5.2.2.2 Perantara
penyimpanan
Untuk proses campuran basah:
Bahan-bahan
mentah serta produk setengah jadi dapat mendukung pertumbuhan mikroba dan oeh
karena itu harus dipertahankan pada temperatur yang akan mencegah pertumbuhan
tersebut terjadi, mempertimbangkan juga waktu penyimpanan. Ketika penyimpanan
suhu rendah biasanya diterapkan, penyimpanan pada suhu tinggi yang tidak
membiarkan pertumbuhan mikroba bisa menjadi alternatif.
Penyimpanan
menengah produk cair dapat terjadi dengan tahap yang berbeda :
i. Bahan
baku cairan seperti susu mentah
ii. Produk
menengah sebelum proses pemanasan
Mikroba
tak terkontrol tumbuuh pada tahap ini yang dapat berdampak pada efektivitas
roses pemanasan.
iii. Produk
menengah setelah proses pemanasan dan sebelum langkah pengeringan.
Pertumbuhan mikroba
pada tahap ini mengakibatkan produk non-compliant karena proses pengeringan
dianggap tahap yang tidak membunuh mikroba.
5.2.2.3 Langkah
dari proses pemanasan hingga pengeringan.
Kontrol
kontaminasi dari proses pemanasan produk menengah ini didasarkan pada aplikasi
konsep higienitas tinggi untuk semua elemen dari proses semprot nozzle yaitu sistem tertutup.
Untuk proses campuran basah :
Proses
pengeringan digunakan untuk mengkonversi campuran cairan menjadi bubuk kering. Miasalnya, semprotan pengering
dapat digunakan, dimana cairan dipanaskan dan dipompa dibawah tekanan tinggi
spray nosel atau alat penyemprot dipasang di ruang pengeringan yang luas. Ini
biasanya tidak dianggap sebagai tahap mikrobiosidal. Langkah pengeringan harus
dilakakukan dibawah kondisi higienis ketat ntuk menghindari kontaminasi mikroba
dari produk akhir.
5.2.2.4 Pendinginan
Untuk proses campuran basah:
Selama
proses pengeringan, bubuk didinginkan setelah masuk ruang pengeringan. Misalnya, melewati ruang pengeringan ke
pendinginan fluida. Udara yang kontak dengan produk harus disaring secara tepat
untuk mencegah kontamminaasi mikroba pada bubuk.
5.2.2.5 Pencampuran
Untuk proses
campuran kering dan kombinasi:
Pencampuran harus dilakukan di bawah
kondisi higienis yang ketat untuk menghindari kontaminasi dari produk akhir.
5.2.2.6 Penyimpanan
Produk jadi harus disimpan dibawah
kondisi higienis untuk menghindari kontaminasi produk.
5.2.2.7 Pengisian
dan Pengemasan Primer
Lihat bagian 5.4
pengemasan. Selain itu prinsip-prinsip berikut harus ditetapkan pada pembuatan
formula bubuk :
-
Akses ke ruang kemasan
harus dibatasi pada karyawan yang dianggap perlu saja (CAC/RCP 1-1969 section
5.2.4). Akses ke area kemasan harus melalui ruang sokongan dimana karyawan
dapat mencuci tangan mereka dan mangganti pakaian luaran, menutup rambut dan alas
kaki.
-
Daerah kemasan harus
diberi dengan udara saring untuk mencegah kontaminasi udara ada produk atau
kemasan. Idealnya area kemasan harus diperhatikan dibawah tekanan udara positif
untuk menghindari kontaminasi udara dari luar atau area sekitar.
-
Bahan kemasan (termasuk
kaleng dan kemasan fleksibel) harus dijaga dari kontaminasi selama pengiriman,
penyimpanan dan penggunaan. Kemasan harus diperiksa segera sebelum digunakan untuk memastikan bahwa
tidak terkontaminasi atau rusak. Kebersihan wadah dapat dipastikan dengan
proses seperti penggunaan inverter kaleng, jet udara, dan perangkat listrik
anti statis.
5.2.3 Mikrobiologi
dan spesifikasi
Lihat Prinsip
Pembentukan dan Aplikasi Kriteria mikrobiologi (CAC / GL 21 -
1997) dan Lampiran I dan II. Selain itu:
1997) dan Lampiran I dan II. Selain itu:
Produsen bertanggung jawab untuk
memastikan kepatuhan produk jadi. Mengingat keterbatasan akhir pengujian
produk, kepatuhan harus dipastikan melalui desain kontrol keamanan pangan yang
sesuai sistem dan verifikasi efektivitas dari pengendalian pengukuran melalui
metode audit yang tepat, termasuk review catatan pemantauan dan penyimpangan
dan konfirmasi apakah CCPs dalam kendali dan GHPs dipatuhi.
Kegiatan ini dapat dilengkapi, jika perlu, dengan
sampling mikrobiologi tepat
dan analisis rencana. Pengujian mikrobiologi harus mencakup, bila sesuai, analisis sampel yang diambil dari bahan baku, jalur produksi, bahan dan produk jadi. Verifikasi dan pemantauan prosedur menggunakan pengujian lingkungan untukformula bubuk dijelaskan dalam Lampiran III. Sampel lingkungan harus diambil dari daerah-daerah paling mungkin menyebabkan kontaminasi produk.
dan analisis rencana. Pengujian mikrobiologi harus mencakup, bila sesuai, analisis sampel yang diambil dari bahan baku, jalur produksi, bahan dan produk jadi. Verifikasi dan pemantauan prosedur menggunakan pengujian lingkungan untukformula bubuk dijelaskan dalam Lampiran III. Sampel lingkungan harus diambil dari daerah-daerah paling mungkin menyebabkan kontaminasi produk.
Ketika
pemantauan tindakan pengendalian dan hasil pengawasan atau verifikasi
menunjukkan penyimpangan, tindakan koreksi yang tepat harus diambil dan produk
jadi seharusnya tidak akan dirilis sampaipenyelidikan yang memadai telah
menunjukkan bahwa produk sesuai dengan spesifikasi yang sesuai.
5.2.4 Kontaminasi silang
mikrobiologi.
Penyebab penyakit dapat dikirimkan
dari satu makanan ke makanan lain, baik secara kontak langsung atau dengan
penanganan makanan, kontak dengan permukaan atau udara. Bahan baku, makanan
yang tidak diproses dengan baik secara fisik maupun waktu, dari makanan siap
saji, dengan tingkat kebersihan dan desinfektan kurang efektif.
Akses untuk area pengolahan mungkin
membutuhkan pengontrolan. Saat risiko sangat tinggi, akses ke area pengolahan
harus melalui perubahan fasilitas. Personel / karyawan mungkin perlu diminta
untuk memakai pakaian pelindung yang bersih tersmasuk alas kaki dan mencuci
tangan sebelum masuk.
Permukaan, peralatan, dan
perlengkapan harus dibersihkan secara menyeluruh dan bila perlu didesinfektan
setelah makanan mentah terutama daging dan unggas telah ditangani atau
diproses.[3] Selain itu:
Kontaminasi produk dengan Salmonella dan atau E. sakazakii (spesies
Kronobakter) dapat terjadi setelah pengeringan dan selama langkah-langkah
pengolahan selanjutnya seperti pengankutan, penambahan, pencampuran, dan
pencampuran dengan bahan tambahan sampai ke titik pengisian / kemasan.
Pencemaran ini biasanya terkait dengan berikut tiga faktor, dua yang pertama
yang terkait:
(1) Kehadiran
mikroorganisme dalam lingkungan pengolahan, yaitu bagian luar
peralatan dan sekitarnya dari lini pengolahan, penyajian, memungkinkan mereka dapat masuk ke garis pengolahan;
peralatan dan sekitarnya dari lini pengolahan, penyajian, memungkinkan mereka dapat masuk ke garis pengolahan;
(2) Kehadiran mikroorganisme ini, yang berasal
dari lingkungan pengolahan, pada permukaan internal dari peralatan yang
bersentuhan langsung dengan produk.
(3) Kehadiran mikroorganisme dalam bahan yang
ditambahkan dan dicampur ke dalam bubuk dasar yang kering.
Makanan mentah atau belum diolah
harus dipisahkan secara fisik dari olahan / siap digunakan. Patogen seperti Salmonella dan E. sakazakii (spesies Kronobakter)
bisa, untuk berbagai tingkat kontaminasi.
Peningkatan tingkat atau frekuensi E. sakazakii (spesies Kronobakter) atau lebih umum
tingkat Enterobacteriaceae di lingkungan pengolahan dapat berupa karena entri besar dan tiba-tiba.
tingkat Enterobacteriaceae di lingkungan pengolahan dapat berupa karena entri besar dan tiba-tiba.
Pertumbuhan
hanya mungkin dengan adanya air, oleh karena itu lingkungan harus dijaga
sekering mungkin.Kondisi kering harus dipelihara dalam lingkungan pengolahan,
termasuk pengeringan, pencampuran dan bidang kemasan. Keberadaan air di
lingkungan pemrosesan dapat sebagai hasil dari pembersihan lingkungan atau
peralatan tanpa pengeringan langsung yang sesuai, membentuk bintik-bintik
kondensasi, katup air bocor, didukung lantai saluran, dll, atau kadang-kadang
sebagai akibat dari infiltrasi air setelah hujan atau penggunaan shower air
dalam keadaan kebakaran darurat.
5.2.5 Sifat
fisik dan kimia kontaminasi
Sistem harus disiapkan untuk
mencegah kontaminasi makanan oleh benda asing seperti pecahan kaca atau logam
dari mesin, debu, asap berbahaya dan bahan kimia yang tidak diinginkan. Dalam
perangkat manufaktur/pabrik dan pengolahan, deteksi dan penyaringan yang cocok
harus digunakan bila diperlukan.[3]
5.3 Persyaratan Pemasukan Bahan
Tidak ada bahan mentah atau bahan
yang diketahui mengandung parasit, mikroorganisme yang tidak diinginkan,
pestisida, obat atau racun hewan, zat asing yang tidak dapat berkurang dengan
tingkat penyortiran atau pengolahan normal. Apabila diperlukan, spesifikasi
bahan baku harus diidentifikasi dan diterapkan.
Bahan mentah atau komposisi harus,
bila diperlukan, spesifik dan disortir sebelum diolah. Jika dibutuhkan tes
laboratorium juga harus dilakukan. Persediaan bahan baku juga menjalani /
mengikuti perputaran stok yang efektif.
[3] Selain itu:
Untuk campuran kering dan proses gabungan:
Karena proses kering-campuran dan
proses gabungan menggabungkan bahan-bahan yang mungkin tidak termasuk dalam
perlakuan panas microbiocidal oleh produsen formula, keamanan mikrobiologis
dari bahan ini adalah tergantung pada perawatan yang dilakukan oleh produsen
pada bahan dan jaminan bahwa integritas kemasan telah dipertahankan selama
pengiriman dan penyimpanan.
Produsen harus mengambil langkah
untuk memastikan bahwa kualitas mikrobiologis dari kering-campuran bahan
memenuhi untuk produk jadi. Mereka harus mempertimbangkan prosedur dan
perlindungan dipekerjakan oleh pemasok bahan mereka dan harus ada di tempat
prosedur verifikasi yang dapat memverifikasi kinerja pemasok mereka. Hal ini
dapat dicapai melalui langkah-langkah seperti hati-hati memilihpemasok,
melakukan audit untuk menilai proses pemasok, pengendalian dan pemantauan
prosedur, dan evaluasi periodik bahan yang masuk.
5.4 KEMASAN
rancangan pak (pembungkus) dan bahannya harus
menyediakan (memberikan) perlindungan yg cukup thd produk untuk
meminimalkankontaminasi, mencegah kerusakan, dan menyediakan label yang layak.
bahan pak atau gas dimana digunakan harus non toksik dan tidak terpapar ancaman
terhadap keamanan dan kelayakan makanan dibawah kondisi yg terspesifikasi pada
penyimpanan dan kegunaan. layak dimana, reusable pak (kemasan yg dpt digunakan
kmbali) harus dapat mencegah kerusakan, mudah dibersihkan, dan bila perlu
didisinfektan. Lihat Kode Internasional Rekomendasi Praktek - Prinsip Umum
Higiene Pangan dari (CAC / RCP 1-1969).
5.5 AIR
5.5.1 Kontak dengan makanan
Hanya air minum, harus digunakan
dalam penanganan dan pengolahan makanan, dengan pengecualian beriku:
Untuk
produksi uap, pengendalian kebakaran dan keperluan sejenis lainnya tidak
berhubungan dengan makanan, dan
Pada proses
makanan tertentu, misalnya pendinginan dan di daerah penanganan makanan asalkan
hal ini bukan merupakan bahaya bagi keselamatan dan kelayakan makanan.
Sirkulasi
air yang digunakan kembali harus dirawat dan dipelihara dalam kondisi tidak ada
risiko terhadap keselamatan dan kesesuaian hasil makanan dari penggunaannya.
Prose perawatan harus dimonitor secara efektif. Resirkulasi air yang tidak
menerima perawatan lebih lanjut dan air dari pengolahan pangan dengan penguapan
atau pengeringan dapat digunakan asalkan tidak menimbulkan risiko kesehatan dan
kelayakan pangan. [3]
5.5.2 Sebagai bahan
Air minum harus digunakan dimanapun
diperlukan untuk menghindari kontaminasi makanan.
[3]
5.5.3 Es dan Uap
Es harus dibuat dari air yang sesuai
dengan bagian 4.4.1. Es dan uap harus dihasilkan, ditangani dan disimpan untuk
melindungi dari kontaminasi.
Uap yang digunakan langsung terhadap
makanan atau bersentuhan dengan permukaan makanan tidak boleh mengancam
kesehatan dan kelayakan makanan. [3]
5.6 PENGELOLAAN DAN PENGAWASAN[3]
Jenis kontrol dan pengawasan yang
diperlukan akan tergantung pada ukuran bisnis, sifat kegiatan dan jenis makanan
yang terlibat. Manajer dan supervisor harus memiliki pengetahuan yang cukup
tentang praktek dan prinsi kebersihan makanan sehingga dapat menilai potensi
risiko, mengambil tindakan pencegahan dan koreksi yang tepat, dan memastikan
bahwa pemantauan dan pengawasan dilakukan secara efektif.
[3]
5.7 DOKUMENTASI DAN CATATAN
Rekaman yang sesuai pengolahan,
produksi dan distribusi harus dijaga dan dipertahankan untuk jangka waktu yang
melebihi masa produk. Dokumentasi dapat meningkatkan kredibilitas dan
efektivitas keamanan pangan sistem kontrol.
Produsen harus membuat dokumentasi
dan catatan tentang semua prosedur dan aplikasi
terkait dengan rencana HACCP atau sistem keamanan pangan kontrol lainnya selain dokumentasi dan catatan berkaitan dengan praktek-praktek higienis yang baik. Secara khusus, produsen harus menyimpan catatan merinci semua bahan masuk (misalnya, bahan kering, susu cair); pemantauan CCP (misalnya, catatan menguraikan pengolahan termal yang efektiv dengan suhu proses yang sebenarnya); verifikasi rencana HACCP, sedangkan praktik dan proses sanitasi, dan penerapan prosedur untuk memverifikasi bahwa spesifikasi mikrobiologi untuk produk jadi dan sampling lingkungan dan pengujian terpenuhi. Dokumentasi harus cukup untuk memfasilitasi penelusuran produk dalam hal penarikan kembali dapat membuktikan diperlukan. [3]
terkait dengan rencana HACCP atau sistem keamanan pangan kontrol lainnya selain dokumentasi dan catatan berkaitan dengan praktek-praktek higienis yang baik. Secara khusus, produsen harus menyimpan catatan merinci semua bahan masuk (misalnya, bahan kering, susu cair); pemantauan CCP (misalnya, catatan menguraikan pengolahan termal yang efektiv dengan suhu proses yang sebenarnya); verifikasi rencana HACCP, sedangkan praktik dan proses sanitasi, dan penerapan prosedur untuk memverifikasi bahwa spesifikasi mikrobiologi untuk produk jadi dan sampling lingkungan dan pengujian terpenuhi. Dokumentasi harus cukup untuk memfasilitasi penelusuran produk dalam hal penarikan kembali dapat membuktikan diperlukan. [3]
5.8 PROSEDUR RECALL/ Penarikan
kembali
Manajer harus memastikan prosedur
yang efektif berada di tempat untuk mengani setiap bahaya keamanan pangan dan
kemungkinkannya, me-recall cepat beberapa implikasi produk akhir dari pasar.
Dimana produk telah ditarik karena bahaya kesehatan yang mendesak, produk lain
yang diproduksi dengan kondisi yang sama dan yang dapat berisiko terhadap
kesehatan masyarakat harus dievaluasi keamanannya dan mungkin perlu ditarik. Produk
yang ditarik harus dilakukan dibawah pengawasan sampai hancur, digunakan untuk
selain konsumsi manusia, atau diolah kembali menjadi aman untuk dikonsumsu
manusia.[3] Selain itu:
Sebagai PF yang teratur
diperdagangkan secara internasional, Prinsip dan Pedoman untuk Pertukaran
Informasi dalam Situasi Darurat Keamanan Pangan (CAC / GL 19-1995),
Prinsip-prinsip dan Pedoman untuk Pertukaran Informasi antara Negara pada
Penolakan Impor Pangan (CAC / GL 25-1997), Prinsip untuk Lacak / Produk Tracing
sebagai Alat Dalam Pemeriksaan Makanan dan Sertifikasi Sistem (CAC / GL
60-2006) dan International Health Regulation (WHA, 2005) harus digunakan dalam
hal terjadi penarikan kembali produk.
[3]
BAB
VI - Penegakan: Pemeliharaan dan Sanitasi
6.1.
Pemeliharaan
dan Pembersihan
Pembersihan
harus membuang sisa makanan dan kotoran yang dapat menjadi sumber kontaminasi.
Metode pembersihan dan material yang diperlukan akan tergantung pada sifat dari
bisnis makanan. Disinfeksi mungkin diperlukan setelah dibersihkan.
Pembersihan
kimia harus ditangani dan dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan
instruksi manufaktur dan disimpan, dipisahkan dari makanan, dalam kontainer
jelas diidentifikasi untuk menghindari risiko kontaminasi makanan. [3]
6.2.
Prosedur
dan Metode Pembersihan
Prosedur
pembersihan akan melibatkan menghapus puing kotoran dari permukaan, menetapkan
larutan deterjen untuk melonggarkan tanah dan film bakteri dan menahan mereka
dalam larutan, membilas dengan air sesuai bab 4, untuk menghilangkan tanah dan
residu deterjen, pembeersihan kering atau metode lain untuk menghapus dan
mengumpulakan residu dan piung-puing, serta desinfeksi dengan pembilasan
kecuali instruksi produsen menunjukan secara ilmiah bahwa pembilasan tidak
diperlukan.[3] Selain itu pembersihan basah harus minimalkan dan
terbatas dari alat – alat yang diambil dari ruang persiapan atau ada parameter
tingkat kekeringan adekuat yang segera digunakan setelah pembersihan basah.
Implementasi prosedur pengeringan untuk garis pengolahan, peralatan dan
lingkungan pengolahan dianggap metode yang paling efektif untuk menghindari
penggandaan mikroorganisme.
6.3.
Sistem
Pengendalian Hama.
Hama
menimbulkan ancaman besar bagi keamanan dan kesesuaian makanan. Infestasi hama
dapat terjadi di mana ada situs berkembang biak dan
suplai makanan. Praktik kebersihan yang baik harus digunakan untuk menghindari menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk hama. Sanitasi
yang baik, pemeriksaan bahan yang
masuk dan pemantauan yang baik
dapat meminimalkan kemungkinan infestasi
dan dengan demikian membatasi kebutuhan akan pestisida.
Bangunan
harus dijaga dalam perbaikan yang baik
dan dikondisikan untuk mencegah akses
hama dan untuk menghilangkan tempat berkembang biak hama. Lubang, saluran air dan tempat-tempat lain di mana hama mungkin mendapatkan akses harus tetap disegel. Kawat
berjaring pada jendela yang terbuka,
pintu dan ventilator, akan mengurangi masalah
masuknya hama. Hewan
harus sebisa mungkin, dikeluarkan dari
dasar pabrik dan pabrik
pengolahan makanan.
Ketersediaan makanan dan air mendukung
tempat sembunyi bagi hama dan kutu. Sumber makanan yang berpotensi harus
disimpan dalam wadah anti-hama dan / atau ditumpuk di atas tanah dan jauh dari
dinding. Daerah baik di dalam dan tempat makanan di luar harus tetap bersih.
Apabila diperlukan, sampah harus disimpan dalam wadah yang tertutup dan tahan
hama.
Infestasi
hama harus ditangani dengan segera dan tanpa merugikan keamanan atau kelayakan pangan. Perlakuan dengan kimia, fisik atau agen biologis harus dilakukan tanpa menimbulkan ancaman bagi keamanan atau kelayakan makanan. [3]
6.4.
Pengelolaan
Pembuangan.
Kelayakan
ketentuan harus dilakukan untuk menghilangkan dan penyimpanan limbah. Limbah tidak
boleh dibiarkan menumpuk dalam
penanganan makanan, penyimpanan makanan, dan wilayah kerja lain dan lingkungan yang berdampingan kecuali sejauh tidak dapat dihindari untuk memfungsikan bisnis.[3]
6.5.
Monitoring
/ Pemantauan Efektifitas.
Sistem sanitasi
harus dimonitor efektivitasnya, secara berkala diverifikasi dengan cara seperti
pemeriksaan pra-operasional inspeksi atau, bila sesuai, pengambilan sampel
mikrobiologi lingkungan dan kontak dengan permukaan makanan secara teratur
ditinjau dan disesuaikan untuk mencerminkan perubahan keadaan.[3] Selain
itu:
Produsen susu
bubuk / formula harus menetapkan prosedur pengawasan yang efektif untuk
memastikan bahwa prosedur penting seperti pembersihan manual, sistem
pelaksanaan pembersihan di tempat(CIP), dan pemeliharaan peralatan dilakukan
sesuai protokol dan standar yang ditetapkan. Khususnya, hal ini penting untuk
pembersihan dan larutan desinfeksi yang digunakan tepat dan jumlah konsentrasi
yang cukup, temperatur dan syarat laju aliran untuk sistem CIP dan pembilasan
peralatan dengan baik jika diperlukan.
Aktivitas
penting untuk meminimalkan resiko yang berhubungan dengan susu bubuk / formula
adalah implementasi dari program pengolahan lingkungan (sampel lingkungan,
produk yang kontak dengan permukaan, produk akhir) berdasarkan Enterobakteria
sebagai indikator dari proses higenitas, dan Salmonella dan E. sakazakii
(spesies Kronobakter) dalam sampel
yang terkait untuk menunjukan kontrol atau untuk mendeteksi penyimpangan dan
menilai efek dari tindakan perbaikan. Panduan tentang pembentukan program
pemantauan lingkungan untuk Salmonella,
E. sakazakii(spesies Kronobakter)
dan enterobacteria lain dijelaskan pada tambahan III.
BAB
VII - Penegakan : Higenitas Personal
Tujuan: untuk
meyakinkan siapa saja yang secara langsung atau tidak langsung kontak dengan
makanan tidak mengkontaminasi makanan dengan:
Menjaga
derajat kebersihan personel karyawan yang sesuai.
Kelakuan
dan pengoprasian tidak menyimpang.
Alasan:
orang yang tidak menjaga derajat kebersihan dirinya, yang memiliki sakit/
kondisi tertentu atau yang berkelakuan tidak sesuai, dapat mengkontaminasi
makanan dan menularkan penyakit ke konsumen. [3]
7.1 Status
Kesehatan
Orang
yang diketahui atau diduga menderita atau membawa penyakit yang bisa menular ke
makanan seharusnya tidak diijinkan masuk ke area penanganan makanan, jika ada
kemungkinan mereka mengkontaminasi makanan. Orang yang terpapar harus segera
melapor tentang gejala penyakit tersebut supaya ditangani. Pemeriksaan medis
pada orang yang menangani makanan harus dilakukan jika secara khusus/epidemiologis
teridentifikasi. [3]
7.2 Penyakit dan Luka
Kondisi
dimana harus dilaporkan untuk manajemen yang membutuhkan pemeriksaan medis dan
atau pencegahan terhadap penanganan makanan termasuk penyakit kuning, diare,
muntah, demam, radang tenggorokan, luka kulit yang terbuka (melepuh, tergores),
keluaran dari mata, telinga dan hidung. [3]
7.3 Kebersihan personel
Penangan
makanan harus menjaga derajat kebersihan yang tinggi dan sesuai, menggunakan
pakaian pelindung yang layak, penutup kepala, dan alas kaki, luka gores dan
luka terbuka dimana personel diijinkan untuk melanjutkan kerja harus ditutup.
Personel
harus mencuci tangan saat kebersihan personel akan mempengaruhi keamanan
makanan, contohnya:
Aktivitas
awal (saat memulai) penanganan makanan.
Segera
setelah menggunakan toilet.
Setelah
menangani makanan mentah atau makanan yang terkontaminasi, dimana dapat
menghasilkan kontaminasi dari makanan lain harus dicegah. [3]
7.4
Perilaku
personel
Orang yang
diperhatikan pada aktivitas makanan harus absen dari perilaku yang dapat
menghasilkan kontaminasi makanan, contohnya merokok, meludah, mengunyah
(makan), bersin atau batuk di area makanan yang tidak terlindungi.
Pengaruh lain
misalnya perhiasan, jam tangan, pin atau barang lain yang seharusnya tidak
digunakan atau dibawa pada area penanganan makanan jika terpapar ancaman terhadap
keamanan dan kelayakan makanan. [3]
7.5
Pengunjung
Pengunjung
pabrik makanan, area pemrosesan atau penanganan makanan harus menggunakan
pakaian pelindung. [3]
BAB
VIII – TRANSPORTASI
Tujuan:
pengukutan harus dilakukan saat diperlukan, untuk:
Melindungi
makanan dari sumber kontaminasi yang berpotensi.
Melindungi
makanan dari kerusakan yang mengakibatkan makanan tidak layak dikonsumsi.
Menyediakan
lingkungan yang mengkontrol pertumbuhan patogen atau mikroorganisme pembusuk
dan produksi toksin pada makanan.
Alasan: makanan
dapat terkontaminasi atau tidak mencapai tujuan pada kondisi yang layak
konsumsi, tapi pengukuran kontrol yang efektif dilakukan selama transportasi,
bahkan dimana pengukuran kebersihan yang cukup dilakukan lebih dini pada rantai
makanan. [3]
8.1
Secara umum
Makanan
harus terlindung selama transportasi. Jenis pengangkut yang diperlukan
tergantung sifat makanan dan kondisi saat transportasi. [3]
8.2 Persyaratan
Apabila
dibutuhkan, alat angkut dan wadah besar dapat dibentuk dan di buat sehingga :
· Tidak
mengkontaminasi makanan dan kemasan,
· Dapat
dibersihkan dengan baik, dan digunakan desinfektan bila perlu,
· Dilakukan
pemisahan antar makanan yang berbeda atau pemisahan antara makanan dan bukan
makanan yang diperlukan selama pengangkutan,
· Dapat
menjaga dari kontaminasi termasuk debu dan asap,
· Dapat
dijaga suhu, kelembaban, tekanan atmosfer, dan kondisi lain yang perlu
diperhatikan untuk menjaga makanan dari pertumbuhan mikroorganisme yang
berbahaya dan tidak diinginkan dan kebusukan yang mengakibatkan makanan tidak
layak konsumsi,
· Dapat
dilakukan pengecekan suhu, kelembaban, dan kondisi lain. [3]
8.3
Penggunaan dan Pemeliharaan
Alat angkut dan
wadah besar yang digunakan untuk mengangkut makanan harus dalam tingkat
kebersihan, perbaikan dan kondisi yang baik. Apabila wadah yang sama digunakan
untuk mengankut makanan yang berbeda atau bahan bukan makanan, maka perlu
dilakukan permbersihan, dan harus dilakukan proses desinfeksi sebelum barang
dimuat.
Apabila
diperlukan, khususnya pada saat pengangkutan, wadah dan alat angkut harus
didesain dan ditandai khusus untuk makanan dan penggunaannya khusus untuk
tujuan tersebut. [3]
BAB
IX - INFORMASI PRODUK dan PENGETAHUAN KONSUMEN
Produk
harus menanggung informasi yang tepat
untuk memastikan bahwa informasi yang memadai dan dapat diakses tersedia untuk orang berikutnya dalam rantai makanan memungkinkan mereka untuk menangani, menyimpan, mengolah, menyiapkan dan menampilkan produk aman
dan benar; tempat dapat dengan
mudah diidentifikasi dan ingat
jika perlu. Informasi
untuk industri atau pengguna perdagangan harus jelas dibedakan dari informasi konsumen, terutama pada label makanan.[3] Selain itu bahaya
mikrobiologis dikendalikan melalui pemilihan dan kombinasi tindakan
pengendalian diterapkan selama pembuatan bubuk formula dalam kombinasi dengan
tindakan pengendalian yang diterapkan selama dan setelah pemulihan.
Bahkan saat
produk ini sudah sesuai dengan Kode Etik, beberapa faktor mungkin
terkontaminasi dengan mikroorganisme patogenik. Resiko tambahan mungkin
berhubungan dengan kontaminasi susu formula selama proses persiapan, penanganan
dan penggunaan. Oleh karena itu, mengontrol tindakan selama
rekonstitusi/pemulihan, penanganan dan pemulihan
makanan susu formula dibutuhkan.
Semua kader
kesehatan dan pengasuh harus diinformasikan tentang hal ini, karena bubuk
formula tidak steril, penggunaan Praktek Higenisasi dengan Baik selama
pemulihan / rekonstitusi, penanganan dan memberian makan, termasuk penyimpanan
yang sesuai sangat penting untuk meminimalkan resiko penyakit bawaan dari
makanan.
Kejelasan
instruksi dari penyimpanan yang sesuai, penanganan dan penggunaan dari bubuk
formula harus dikomunikasikan kepada kader kesehatan dan pengasuh. Berbagai
kombinasi dari higenisasi dapat mengurangi resiko secara signifikan dan dibahas
dalam laporan pertemuan ahli FAO/WHO tahun 2006, E.sakazakii (spesies
Cronobacter) dan Salmonella dalam
bubuk formula bayi dan dapat digunakan sesuai strategi penurunan resiko yang
dipilih. Contohnya, salah satu strategi penurunan resiko termasuk ssegera memberian
makan formula setelah pemulihan dan pendinginan cepat dengan suhu makanan yang
sesuai. Efeknya :
(i)
periode pemberian makan
harus minimal dan tidak boleh lebih dari 2 jam.
(ii)
Sisa susu formula harus
dibuang, dan
(iii)
Setiap formula yang
disiapkan untuk penggunaan berikutnya harus segera didinginkan dan digunakan
dalam waktu 24 jam.
Beberapa strategi penurunan resiko
lainnya untuk persiapan, penyimpanan dan penanganan disediakan dalam pedoman
FAO/WHO pada bab keamanan persiapan, penyimpanan dan penanganan bubuk formula
bayi (2007).
Pada situasi
penting, seperti adanya tingkat mikrobiologi tinggi dalam produk dan kepatuhan
terhadap praktek higenisasi dalam persiapan, penanganan dan penggunaan formula,
atau saat ada komponen panas tidak stabil dalam formula, strategi pengaturan
alternatif yang tersedia untuk pemulihan dengan suhu 70C dianjurkan dalam FAO/WHO.
Laporan pada pertemuan ahli FAO/WHO pada tahun 2006 dan alat berbasis web
terkait penyediaan sarana untuk mempertimbangkan perbedaan pilihan manajemen
resiko yang mungkin sesuai dalam situasi tertentu seperti yang dijelaskan
diatas.
Nilai kontol
harus dikomunikasikan dengan orang tua, pengasuh dan kader kesehatan lewat
pelabelan produk yang sesuai (yang mungkin termasuk tulisan informasi
terpisah), prosedur tertulis (misalnya dilembaga – lembaga profesional) dan
atau melalui instruksi lisan dan atau pelatihan. Instruksi ini, jika diikuti,
akan membantu mengelola resiko yang berkaitan dengan produk.
Di rumah sakit
dan pusat kesehatan lainnya, unit persiapan susu / formula membutuhkan tindakan
pencegahan khusus dalam persiapan, penyimpanan dan penanganan formula bubuk dan
bimbingan dapat ditemukan dalam pedoman FAO/WHO.
Rekomendasi
mengenai jenis formula yang digunakan, misalnya cairan formula yang steril,
bubuk formula, dll, harus dilakukan oleh kader kesehatan sesuai kebutuhan.
Untuk
bayi yang beresiko besar, jika layak, tersedia komersial produk cairan steril
atau pilihan makanan bayi lain yang setara yang sudah menjalani titik efektif
penggunaan prosedur dekontaminasi.
9.1.
Lot
Identifikasi
Beberapa
indikasi sangat penting dalam penarikan kembali produk dan juga membantu
perputaran stok secara efektif. Setiap wadah makanan harus ditandai secara
permanen untuk mengidentifikasi produksi dan barang.[3]
9.2.
Informasi
Produk
Semua
produk makanan harus disertai atau memuat informasi yang cukup untuk
memungkinkan pekerja setelahnya pada rantai makanan untuk menangani,
menampilkan, menyimpan, dan menyiapakan dan menggunakan produk secara aman dan
benar. [3]
9.3.
Pelabelan
Makanan
yang sudah dikemas harus diberi label dengan instruksi yang jelas untuk
memungkinkan orang berikutnya dalam rantai makanan untuk menangani, menyajikan,
menyimpan dan menggunakan produk dengan aman.[3] Selain itu label
harus mengkomunikasikan nilai kontrol yang harus diikuti oleh pengasuh untuk
keamanan persiapan, penanganan, dan penggunaan bubuk formula. Label harus
menjalankan instruksi grafis jelas yang menggambarkan metode persiapan.
Bimbingan harus
diberikan pada :
(i)
Penggunaan praktek
higenisasi. Misalnya, membersihkan tangan, persiapan permukaan, dan kebersihan
alat (dot, penutup, peralatan termasuk sterilisasi sesuai kebutuhan)
(ii)
Kebutuhan air mendidih
dan peralatan steril, sesuai kebutuhan.
(iii)
Kebutuhan pendinginan
formula sebelum diberikan jika menggunakan air panas untuk pemulihan.
(iv)
Kebutuhan untuk produk
yang didinginkan, jika formula tidak digunakan langsung. Pentingnya membuang
sisa makanan harus ditegakkan.
Tabel harus
mencakup informasi untuk menjelaskan informasi tentang resiko potensial
persiapan tidak pantas, penanganan, dan penggunaan karena bubuk formula tidak
steril dan karena gagalnya produsen mengikuti instruksi yang dapat menyebabkan
sakit serius. Industri dan pemerintah nasional harus didorong untuk bekerja
sama untuk meyakinkan bahwa pesan yang disampaikan bisa dipahami oleh semua
pengguna. Ketika mempertimbangkan kata – kata dari informasi tersebut,
pertimbangan juga harus diberikan kepada setiap resiko potensial pengasuh yang
sengaja didorong untuk menggunakan alternatif tidak tepat untuk formula bubuk
(misalnya susu bubuk). Label juga harus termasuk informasi yang memudahkan
konsumen mengidentifikasi produk yang ditarik ulang.
9.4.
Edukasi
Program
pendidikan kesehatan harus mencakup kebersihan makanan secara umum. Program
tersebut harus memungkinkan konsumen untuk mengerti pentingnya informasi produk
dan mengikutinya, dan mengambil keputusan berdasarkan informasi. Khususnya
konsumen harus diberitahu tentang hubungan antara waktu / kontrol suhu dan makanan
penyebar penyakit.[3] Selain itu pengembangan dan distribusi dokumen
edukasi terkait dengan persiapan, penanganan dan penggunaan PF kepada semua
pengasuh harus didorong. Program ini harus didorong agar:
i.
Mengerti pentingnya
informasi dari produk.
ii.
Mengikuti instruksi
dari produk
iii.
Mengambil keputusan
berdasarkan informasi, setelah diskusi dengan pengasuh yang profesional jika
diperlukan.
Bayi
dan anak kecil yang tidak menyusu ASI memerlukan pengganti ASI yang sesuai.
Ketika PF digunakan, pemerintah dihimbau untuk menyediakan semua pengasuh
dengan materi edukasi yang sesuai. Pedoman untuk keamanan persiapan,
penyimpangan dan penanganan susu formula bayi yang dikembangkan oleh FAO/WHO
dapat digunakan.
Higienisasi
persiapan dan kondisi penyimpanan yang ketat harus ditekankan karena potensi
kontaminasi produk dari berbagai sumber, misalnya peralatan, perlengkapan,
lingkungan persiapan, bahan / makanan lain. Demikian pula, air yang digunakan
untuk PF akan sangat mempengaruhi keamanan produk. Persiapan dan penanganan
yang sesuai, menurut instruksi manufaktur / pabrik mengurangi risiko penyakit
dan harus ditekankan oleh pemerintah. Selain itu, pengalaman telah menunjukan
bahwa semua pengasuh secara periodik perlu diingatkan bahwa air minum kemasan
bukanlah produk steril kecuali bila diindikasi seperti pada produk. Informasi /
edukasi tentang perlunya mengikuti praktik kebersihan yang baik selama persiapan,
penanganan, dan penyimpanan di rumah, di rumah sakit, tempat penitipan atau
pengaturan lainnya harus ditekankan. Hal ini penting untuk menekankan fakta
bahwa formula yang dilarutkan memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme, dan
penyalahgunaan suhu dapat menimbulkan penyakit bawaaan makanan. Bubuk formula
yang dilarutkan harus segera diberikan atau disimpan dalam lemari pendingin
selama kurang dari 24 jam. Bubuk formula yang larutkan garus didinginkan segera
dalam wadah dan volum yang memungkinkan larutan susu menjadi dingin dengan
cepat. Penyalahgunaan suhu juga dapat menyebabkan penyebaran penyakit.
Penanganan dan penyimpanan larutan formula yang tidak tepat dapat meningkatkan
pertumbuhan patogen (misalnya Salmonella, E. Sakazakii (spesies
Kronobakter), mikroorganisme lain seperti pembentuk spora).
BAGIAN
X – PELATIHAN
Tujuan: Petugas
yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan makanan, harus
diberikan pelatihan dan/atau diberi petunjuk tentang level higien makanan yang
diperlukan pada bagian kerja masing – masing.
Alasan:
Pelatihan sangat penting untuk sistem higien pada berbagai makanan. Pelatihan
higien, petunjuk, dan pengawasan yang kurang pada orang – orang yang
aktivitasnya berhubungan langsung dengan makanan menjadi ancaman yang potensial
pada keamanan pangan dan kelayakan konsumsi.[3]
10.1 KESADARAN
dan TANGGUNG JAWAB
Pelatihan
higien makanan sangat penting. Semua pekerja harus menyadari peran dan tanggung
jawabnya dalam menjaga makanan dari kontaminasi atau kebusukan. Pekerja yang
menangani makanan harus memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk
dapat menangani makanan secara higien/bersih. Sedangkan pekerja yang menangani
pembersih kimia dan bahan – bahan kimia lain yang berbahaya harus diberikan
petunjuk untuk dapat melakukan pembersihan dengan teknik yang aman. [3]
10.2 PROGRAM
PELATIHAN
Faktor yang
diperhitungkan untuk menentukan tingkat pelatihan yang dibutuhkan yaitu:
· Sifat
dari makanan, berhubungan dengan sifat bahan makanan yang memungkinkan
tumbuhnya mikroorganisme pathogen atau mikroorganisme pembusuk,
· Cara
penanganan dan pengemasan makanan, termasuk kemungkinan terjadinya kontaminasi,
· Tingkat
dan proses alami atau persiapan lebih lanjut sebelum makanan dikonsumsi,
· Kondisi
saat makanan disimpan,
· Perkiraan
waktu sebelum dikonsumsi. [3]
10.3
INSTRUKSI/PETUNJUK dan PENGAWASAN
Penilaian secara
berkala terhadap efektivitas dari pelatihan dan program instruksi harus dibuat,
seperti pengawasan rutin dan pengecekan untuk meyakinkan bahwa prosedur
berjalan dengan efektif.
Manajer
dan pengawas dari pemrosesan makanan harus memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai prinsip dan pelaksanaan higien makanan untuk dapat menilai resiko
potensial dan mengambil langkah yang diperlukan untuk memperbaiki kekurangan.
[3]
10.4
PELATIHAN PENYEGARAN
Program
pelatihan harus ditinjau secara berkala dan dibaharui apabila dianggap perlu.
Sistem harus dapat digunakan untuk meyakinkan bahwa pekerja yang menangani
makanan tetap menyadari semua prosedur untuk menjaga keamanan dan kelayakan
makanan.[3] Selain itu, pedoman FAO/WHO untuk keamanan persiapan,
penyimpanan dan penganan susu formula bayi (2007) harus digunakan untuk
pelatihan.
ANNEX
(LAMPIRAN) I
Kriteria
Mikrobiologis untuk Formula Bubuk Bayi, Formula untuk Tujuan Medis Khusus dan
Bahan untuk Fortifikaasi ASI
Kriteria
mikrobiologis harus ditetapkan dalam konteks manajemen riiko dan sesuai dengan
Prinsip Penetapan dan Aplikasi Kriteria Mikrobiologis untuk Makanan (CAC / GL
21 -97).
Kriteria untuk Mikroorganisme
Ptogen
Prinsip ini
digunakan pada tahap akhir produksi yaitu setelah pengemasan pertama.
Mikroorganisme
|
n
|
c
|
m
|
Class
Plan
|
E.
sakazakii *
|
30
|
0
|
0/10 g
|
2
|
Salmonella
**
|
60
|
0
|
0/25 g
|
2
|
n : besar sampel yang memenuhi
kriteria ; c : jumlah sampel rusak maksimum yang diijinkan 2-class plan ; m :
batas jumlah mikrobiologi yang pada 2-class plan menunjukkan kualitas yang baik
dari jumlah yang rusak.
*Konsentrasi rata-rata yang
terdeteksi adalah 1 cfu dalam 340 g ( diasumsikan stadndar deviasi 0,8 dan
peluang terdeteksi 95 % ) atau 1 cfu dalam 100 g jika diasumsikan standar
deviasi 0,5 dan peluang terdeteksi 99%
**Konsentrasi
rata-rata yang terdeteksi adalah 1 cfu dalam 526 g jika diasumsikan standar
deviasi 0,8 dan peluang terdetksi adalah 95%.
Metode
yang digunakan untuk mendeteksi adanya kedua bakteri di atas berdasarkan pada
ISO/TS 22964 : 2006 dan ISO 6579. Pada industri dimana produk yang dihasilkan
memiliki asal usul yang jelas atau diproduksi dengan dibawah dokumentasi sistem
HACCP, penggntian kriteria sampel mungkin dapat dilakukan. Jenis tindakan yang harus diambil ketika
ditemukan adanya penyimpangan dengan kriteria diatas antara lain adalah
mencegah dampak yang tidak diinginkan karena telah dikonsumsi oleh masyarakat,
me-recall produk jika produk yelah
beredar di dalam masyrakat dan menentuka akar masalah atau penyebab utama
terjadinya penyimpangan tersebut.
Kriteria untuk Kebersihan (higien)
Proses Produksi
Prinsip ini
digunakan pada tahap akhir produksi atau satiap tahap dimana diperlukan
informasi untuk tujuan verifikasi. Proses produksi yang aman tergantung dari
bagaimana kebersihan dalam tempat produksi dipertahankan. Kriteria tambahan ini
digunakan di dalam industri untuk mengukur kebersihan dalam proses produksinya.
Pengujian ini tidak digunakan untuk mengukur keamanan produk dari
mikroorganisme tapi digunakan dalam verifikasi program higienitas dalam proses
produksi.
Mikroorganisme
|
n
|
c
|
n
|
M
|
Class
Plan
|
Bakteri Mesofilik Aerob*
|
5
|
2
|
500/g
|
5000/g
|
3
|
Enterobakteria**
|
10
|
222
|
0/10 g
|
-
|
2
|
n : besar sampel yang memenuhi
kriteria ; c : jumlah sampel rusak maksimum yang diijinkan 2-class plan ; m :
batas jumlah mikrobiologi yang pada 2-class plan menunjukkan kualitas yang baik
dari jumlah yang rusak ; M : batas miroorgansme dimana pada 3-Class Plan
menunjukkan batas kualitas yang dapat diterima dari kualitas yang rusak
*Kreiteria yang diusulkan untuk
bakteri maesofilik aerob berdasarkan pada prinsip GMP atau cara berproduksi
yang baik dan tidak termasuk bakteri yang sengaja ditambahkan ke dalam produk
seperti probiotik. Jumlah bakteri mesofilik aerob merupakan indikasi untuk
status kebersihan pada proses pencampuran basah. Peningkatan jumlah bakteri
diatas yang direkomendasikan terjadi karena pertumbuhan bateri padaperalatan
yang digunakan (Annex III ).
**Rata=rata
konsentrasi yang terdeteksi adalah 1 vfu dalam 16 g jika diasumsikan standar
deviasi 0,8 dan peluang terdeeksi 95 %.
Metode yang
digunakan untuk mendeteksi adanya kedua bakteri di atas berdasarkan pada ISO
4833 : 2003dan ISO 21528-1 / 21528-2 atau dari sumber lain yang yang lebih
akurat. Kriteria di atsa digunakan sebagai pencapaian verifikasi dari program
higienitas faslitas dari mikroba. Jenis tindakan yang harus dilakukan ketika
ditemukan penyimpangan dari kreiteria di atas dan untuk mengkoreksi akar
masalah yang menyebabkan penyimpangan adalah meninjau ulang prosedur
pengawasan, pengamatan keadaan di lingkungan (ANNEX III) dan meninjau ulang
program pra syarat dari tahap pengeringan hingga pengemasan (Enterobakteria)
dan proses selama proses pencampuran basah (Mesofilik aerob). Penyimpanagn yang
terjadi terus menerus harus diikuti dengan peningkatan uji sampel terhadap E. Sakazakii dan Salmonella.
ANNEX II
KRITERIA
MIKROBIOLOGIS UNTUK MENINDAKLANJUTI
FORMULA DALAM BENTUK SERBUK DAN FORMULA KHUSUS YANG DIGUNAKAN UNTUK TUJUAN
MEDIS PADA ANAK – ANAK.
Kriteria
mikrobiologis harus ditetapkan dalam konteks manajemen atas pilihan risiko yang
tersedia dan sesuai dengan Prinsip-Prinsip Pembentukan dan Penerapan Kriteria
mikrobiologi pada Makanan (CAC / GL 21-97). Dua
kriteria yang disediakan di bawah, yang pertama untuk patogen dan yang
kedua untuk indikator kebersihan proses.
Apabila suatu otoritas yang kompeten
menilai bahwa ada bukti ilmiah adanya risiko yang berkaitan dengan E. sakazakii (Cronobacter spp.) lakukan
tindak lanjut formula yang dikonsumsi pada populasi nasional, dengan mengawasi
kondisi pada proses produksi dan melakukan tindakan pengendalian / pengawasan,
hal itu mungkin bisa menjadi pertimbangan atas proses - proses pengendalian
yang tersedia, dan meliputi pertimbangan kriteria mikrobiologi yang tepat. Kriteria untuk
mikroorganisme patogen
Mikroorganisme
|
n
|
C
|
m
|
rencana kelas
|
Salmonella*
|
60
|
0
|
0/25 g
|
2
|
Dimana n
= jumlah sampel yang harus sesuai dengan kriteria: c = jumlah maksimum dari unit
yang rusak sampel dalam 2 rencana
kelas. m = batas mikrobiologi,
dalam 2 rencana kelas, memisahkan
banyaknya yang dapat diterima dari yang tidak dapat diterima.
*
Konsentrasi rata-rata yang terdeteksi adalah 1 cfu
setiap 2034g (jika
deviasi standar yang diasumsikan adalah 0,8 dan
probabilitas deteksi 95%) atau 1 cfu setiap
577g ((jika deviasi standar yang diasumsikan adalah 0,5 dan probabilitas deteksi adalah 99%).
Kriteria
ini dapat diterapkan pada produk jadi (bentuk serbuk) setelah
pengemasan primer atau setelah
kemasan primer itu dibuka.
Metode
yang akan digunakan untuk Salmonella harus
menggunakan edisi terbaru dari ISO 6579 atau metode
lain yang telah divalidasi yang memberikan sensitivitas, reproduktifitas,
kehandalan, kriteria, dll yang setara dengan kriteria
tersebut.
Kriteria
di atas diterapkan dengan asumsi yang mendasari bahwa banyak sejarah/riwayat yang tidak diketahui, dan kriteria tersebut dapat digunakan dalam jumlah banyak. Bila riwayat produk
diketahui (misalnya, produk ini diproduksi di bawah sistem HACCP yang didokumentasikan sepenuhnya), kriteria pengambilan
sampel dialakukan secara alternatif dan melibatkan proses kontrol yang banyak dan
layak. Tindakan khusus
yang harus diambil ketika terjadi
kegagalan untuk memenuhi kriteria
di atas adalah dengan (1) mencegah banyaknya
pengaruh dari proses rilis untuk konsumsi manusia, (2) recall produk jika telah
dirilis untuk konsumsi manusia dan
(3) menentukan dan memperbaiki
akar penyebab kegagalan.
Kriteria
untuk proses kebersihan.
Kriteria
ini untuk diterapkan pada produk jadi (bentuk serbuk) atau
tahap sebelum produk jadi yang berguna untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk tujuan verifikasi.
Sistem
produksi yang aman dari produk tergantung pada cara mempertahankan tingkat pengendalian dan
pengawasan yang tinggi pada proses kebersihan. Kriteria untuk mikrobiologi tambahan digunakan oleh produsen sebagai sarana penilaian yang berkelanjutan pada sistem kebersihan mereka, dan bukan oleh otoritas yang berwenang. Dengan demikian,
pengujian ini tidak dimaksudkan untuk
digunakan dalam menilai keamanan produk tertentu, melainkan dimaksudkan untuk
memverifikasi sistem kebersihan.
Mikroorganisme
|
n
|
c
|
m
|
M
|
rencana kelas
|
Mesophilic Aerobic Bacteria*
|
5
|
2
|
500/g
|
5000/g
|
3
|
Enterobacteriaceae**
|
10
|
224
|
0/10g
|
tidak berlaku
|
2
|
Dimana n = jumlah sampel yang harus
sesuai dengan kriteria, c = jumlah maksimum dari unit yang rusak dalam 2 rencana kelas; m = batas
mikrobiologi, dalam 2 rencana kelas, memisahkan banyaknya yang diterima dari
yang tidak dapat diterima, atau dalam 3 rencana kelas, memisahkan banyaknya
yang diterima dari banyaknya yang diterima dalam jumlah sedikit; M = batas
mikrobiologi, dalam 3 rencana kelas, memisahkan banyaknya yang dapat diterima
dalam jumlah sedikit dari yang tidak dapat diterima.
* Kriteria yang disarankan untuk bakteri aerobik
mesofilik adalah hasil refleksi dari Good Manufacturing Practices dan tidak
termasuk mikroorganisme yang mungkin sengaja ditambahkan seperti probiotik.
Bakteri aerobik mesofilik dalam jumlah tertentu memberikan indikasi yang
berguna terhadap status kebersihan dari langkah-langkah pengolahan basah. Bila
jumlahnya meningkat melampaui batas yang direkomendasikan maka merupakan
indikasi dari penumpukan bakteri dalam peralatan seperti evaporator atau
kontaminasi akibat kebocoran pada pelat penukar panas (lihat Lampiran III).
**
Konsentrasi rata-rata yang terdeteksi adalah 1 cfu setiap 16g (jika deviasi
standar yang diasumsikan adalah 0,8 dan probabilitas deteksi 95%) atau 1 cfu
setiap 10g (jika deviasi standar yang diasumsikan adalah 0,5 dan probabilitas
deteksi adalah 99%).
Metode yang akan digunakan untuk
Bakteri aerobik mesofilik dan Enterobacteriaceae (EB) sebaiknya menggunakan
edisi terbaru dari ISO 4833 dan ISO 21528-1/21528-2, atau metode lain yang
telah divalidasi yang dapat memberikan sensitivitas, reproduktifitas,
kehandalan, dll yang setara dengan kriteria tersebut dan dimaksudkan untuk
membantu dalam memverifikasi sistem mikrobiologi sebuah fasilitas kebersihan.
Pengujian indikator tersebut paling efektif bila kriteria penyimpangan tersebut
memungkinkan untuk dideteksi dan tindakan perbaikan harus diambil sebelum batas
terlampaui. Tindakan khusus yang harus diambil ketika terjadi kegagalan untuk
memenuhi kriteria di atas akan menentukan dan memperbaiki akar penyebab kegagalan
dan apabila diperlukan, lakukan prosedur pemantauan ulang, termasuk pemantauan
lingkungan (Lampiran III), dan program tinjauan prasyarat khususnya kondisi
kebersihan dari langkah pengeringan hingga langkah pengemasan
(Enterobacteriaceae) dan kondisi selama proses pengolahan basah (bakteri
aerobik mesofilik). Untuk menindaklanjuti kegagalan harus disertai dengan
peningkatan jumlah pengambilan sampel produk untuk mendeteksi Salmonella dan memvalidasi kembali
kesanggupan proses pengendalian.
Pengujian
ini awalnya dikembangkan untuk digunakan dalam jumlah banyak yang mana
riwayatnya banyak yang tidak diketahui, kegunaannya jauh lebih besar ketika ada
pemahaman yang lengkap dari produk dan proses yang digunakan dalam
pembuatannya, dalam hal ini dapat memberikan verifikasi pelaksanaan yang benar
dari langkah-langkah kebersihan. Tes indikator tersebut secara khusus dapat
digunakan sebagai proses alternatif dalam rencana pengambilan sampel kontrol
dan statistik.
Pelabelan
dan Edukasi.
Tindak lanjut formula sebaiknya
hanya digunakan untuk populasi sasaran yang dimaksudkan. Harus ada peningkatan
perhatian pada pendidikan perawat dan profesional kesehatan untuk penggunaan
yang sesuai sebagai tindak lanjut penggunaan formula, selain pelatihan dan
pendidikan tentang penanganan, persiapan dan penyimpanan yang aman (seperti
yang direkomendasikan dalam Bagian IX Kode Praktek ) dan pelabelan yang efektif
yang sesuai dengan harapan konsumen.
ANNEX 3
Petunjuk Penetapan
Program Pengawasan untuk Salmonella, Enterobacter sakazakii (spesies cronobacter) dan Enterobacteriaceae yang lain dalam Pemrosesan yang Membutuhkan
Tingkat Kebersihan yang Tinggi dan Persiapan Formula Susu Bubuk
1.
Petunjuk Penetapan Pengawasan Lingkungan dan
Kontrol Proses pada Area Pemrosesan yang Membutuhkan Tingkat Kebersihan yang
Tinggi
Meskipun dalam tingkat kebersihan yang cukup, Enterobacteriaceae (EB) termasuk E. sakazakii masih dapat ditemukan dalam
jumlah yang sedikit di lingkungan pabrik. Produk akhir dapat mengandung EB
karena kontaminasi dari lingkungan saat post pasteurisasi produk. Pelacakan EB
pada lingkungan pemrosesan di pabrik merupakan usaha yang berguna untuk mengefektifkan
verifikasi dari prosedur kebersihan yang diterapkan dan memberikan usaha
pengkoreksian tepat waktu. Meskipun diketahui bahwa tidak ada hubungan antara
jumlah EB dan E. sakazakii ataupun Salmonella, namun ditemukan bahwa jumlah
EB yang rendah pada lingkungan dapat mengakibatkan jumlah EB yang lebih rendah
pada produk akhir.
Program pengawasan lingkungan perlu dilakukan
terutama sejak kontaminasi terjadi secara luas. Program pengawasan dapat
digunakan untuk memperkirakan kontrol lingkungan pemrosesan pabrik pada tingkat
kebersihan tinggi (area kering) dimana kontaminasi mungkin terjadi dan menjadi
alat manajemen keamanan pangan yang penting. Program pengawasan harus menjadi
bagian dari sistem kontrol keamanan pangan digabungkan dengan program prasyarat
seperti praktek kebersihan yang baik dan program HACCP.
Lingkungan hidup Salmonella, E. sakazakii
dan EB perlu diketahui untuk dapat membuat program pengawasan yang baik.
-
Salmonella jarang ditemukan pada area pemrosesan yang
kering dan pengawasan dilakukan untuk mengukur efektifitas kontrol pencegahan
masuknya Salmonella. Pengawasan juga
dilakukan untuk memperkirakan kapan terjadi kontaminasi di tempat yang
tersembunyi dan penyebarannya serta pencegahannya.
-
E. sakazakii (spesies cronobacter)
lebih sering ditemukan daripada Salmonella
pada area pemrosesan kering dan selalu ditemukan bila menggunakan sampel dan
metode pengujian yang baik. Program
pengawasan dilakukan untuk menentukan apakah jumlah E. sakazakii meningkat dan apakah kontrol yang dilakukan efektif
untuk mencegah pertumbuhan organisme.
-
Enterobacteriaceae tersebar luas dan sering ditemukan di area
pemrosesan kering. EB sering ditemukan apabila sampel dan metode testing baik.
EB digunakan sebagai indikator kebersihan saat pemrosesan untuk mendeteksi
penyimpangan pada praktek kebersihan yang baik
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
ketika mengembangkan pengambilan sampel untuk meyakinkan keefektivitasannya:
a. Tipe produk dan proses
Kebutuhan dan luasnya program sampling
ditentukan berdasarkan karakteristik produk dan konsumennya (usia dan status
kesehatan konsumen). Salmonella
dianggap sebagai pathogen untuk semua kategori produk, E. sakazakii hanya dapat muncul pada produk spesifik
Tindakan pengawasan harus difokuskan pada area
dimana kontaminasi sering muncul, contohnya area pemrosesan kering yang
terletak di zona higien yang tinggi. Perhatian tertentu harus diberikan baik
antara area ini dan area eksternal dari tingkat higien yang lebih rendah sama
seperti area yang dekat dengan tempat pemrosesan dan pada peralatan dimana
kontaminasi sering muncul, seperti inspeksi pada rancangan peralatan dan area
yang terbuka. Tempat yang tersembunyi harus menjadi prioritas pengawasan.
b. Tipe sampel
Dua tipe sampel yang harus dimasukkan dalam
program pengawasan :
1. Sampel lingkungan diambil dari area permukaan
yang tidak kontak dengan makanan seperti bagian luar dari peralatan, lantai,
pipa, dan langit- langit. Dalam kasus ini, resiko kontaminasi akan tergantung
pada lokasi dan rancangan tempat pemrosesan dan peralatan.
2. Sampel yang diambil dari permukaan yang kontak
dengan makanan dalam peralatan yang terletak setelah pengeringan dan sebelum
pengemasan dimana terdapat resiko yang lebih tinggi dari kontaminasi langsung
ke produk. Contoh lokasi nya dari bagian akhir pengayakan dimana gumpalan
produk akan terakumulasi dan menandakan penyerapan. Kehadiran mikroorganisme
yang menjadi indicator seperti E.
sakazakii atau Salmonella pada
permukaan yang kontak dengan makanan menandakan resiko yang sangat tinggi pada
kontaminasi langsung produk.
c. Organisme target
Salmonella
dan E. sakazakii adalah organisme
yang menjadi target utama, industri menemukan keuntungan termasuk EB yang
digunakan sebagai indikator kebersihan proses. Kadarnya merupakan indikator
yang baik dari kondisi yang mendukung kehadiran Salmonella dan berpotensi untuk pertumbuhan Salmonella dan E. sakazakii.
d. Lokasi sampel dan jumlah sampel
Jumlah sampel bervariasi tergantung dari
kompleksitas proses dan alurnya. Lokasi pengamilan sampel harus terfokus pada
area yang tersembunyi atau area dimana
kontaminasi mungkin mucul. Informasi mengenai lokasi yang tepat dapatt
ditemukan dari literatur yang dipublikasi dan dapat juga berdasarkan pengalaman
proses dan keahlian, atau dari data yang diperoleh sebelumnya saat survey
pabrik. Lokasi pengambilan sampel dapat ditinjau dari dasar dan tambahan yang
perlu ditambahkan dalam program, tergantung dari kondisi special, misalnya saat
perbaikan dan kegiatan pembangunan atau disituasi dimana ada kondisi kebersihan
yang buruk.
Perhatian harus dilakukan agar tidak
menghasilkan bias. Termasuk menentukan bahwa sampel yang diambil cukup untuk
semua perubahan di pabrik dan periode produksi. Penambahan sampel dilakukan
untuk menujukan efektivitas dari pembersihan.
e. Frekuensi sampel
Frekuensi dari pengambilan sampel di
lingkungan untuk parameter yang berbeda harus didasarkan pada tipe produk dan
proses (faktor a). Hal ini berdasarkan pada data yang sudah ada kehadiran
mikroorganisme yang bersangkutan di area yang dipilih untuk program pengawasan.
Tidak adanya informasi, membutuhkan data yang cukup untuk menetapkan frekuensi
yang tepat. Data harus dikumpulkan selama periode waktu yang cukup lama untuk
menyediakan informasi yang representatif dan dapat dipercaya mengenai prevalensi
dan kemunculan Salmonella dari waktu
ke waktu dan E. sakazakii.
Frekuensi dari program pengawasan lingkungan
perlu diatur sesuai penemuan dan tingkat resiko kontaminasi. Biasanya, deteksi
patogen atau meningkatnya tingkat organisme yang menjadi indikator pada produk
akhir mengacu pada meningkatnya pengambilan sampel lingkungan dan sampel yang
diteliti untuk mengidentifikasi sumber kontaminasi. Frekuensi juga perlu
ditingkatkan dimana ada dugaan meningkatnya resiko kontaminasi, seperti
tindakan perbaikan atau pembangunan atau tindakan pembersihan basah.
f. Alat sampel dan teknik sampel
Pemilihan alat sampel dan teknik pengambilan
sampel perlu dilakukan dengan benar sesuai dengan tipe permukaan dan lokasi
pengambilan sampel. Contoh : menggores residu dari penghisap debu menyediakan
sampel yang baik, dan spon yang dilembabkan (atau kain kering) lebih baik
digunakan untuk permukaan yang lebih luas.
g. Metode analisa
Metode analisa yang digunakan untuk
menganalisa sampel lingkungan harus dapat digunakan untuk mendeteksi organisme
target. Berdasarkan karakteristik sampel lingkungan, metode yang dipilih harus
dapat mendeteksi organisme target dengan sensitivitas yang baik dan harus
didokumentasikan. Pada keadaan tertentu, mungkin dilakukan pencampuran tertentu
tanpa menghilangkan sensitivitasnya. Pengambilan sidik jari dilakukan dengan
teknik genetik yang ada dan dapat menyediakan informasi yang berguna tentang
sumber E. sakazakii dan jalur yang
menyebabkan kontaminasi formula susu bubuk.
h. Manajemen data
Program pengawasan dapat digolongkan pada
sistem untuk mencatat data dan evaluasi data misalnya melakukan analisa tren.
Pengkajian lebih lanjut dari data perlu dilakukan untuk mengubah dan mengatur
program pengawasan. Untuk EB dan E.
sakazakii juga bisa ditemukan dalam kadar rendah, kontaminasi yang
sebentar- sebentar tidak dapat diketahui.
i. Tindakan yang dilakukan jika hasil positif
Tujuan untuk program pengawasan adalah untuk
menemukan organisme target di lingkungan. Keputusan dan respon program
pengawasan harus jelas sebelum pembuatan program. Rencana harus mendefinisikan
tindakan spesifik yang harus diambil dan rasional. Jenis tindakan dapat dibagi
menjadi tidak ada tindakan (tidak ada resiko kontaminasi), untuk meningkatkan
pembersihan, untuk menelusuri sumber (meningkatkan tes lingkungan), untuk
mengkaji pelaksanan kebersihan untuk menjaga dan menguji produk.
Secara umum, pabrik memperkirakan adanya EB dan E. sakazakii pada lingkungan
pemrosesan. Maka, tindakan yang sesuai rencana harus dirancang dan dilaksanakan
sampai tanggapan cukup. Pengkajian prosedur kebersihan dan kontrol harus
dipertimbangkan. Pemilik pabrik harus menyampaikan setiap hasil positif dari Salmonella dan mengevaluasi perubahan
pada kecenderungan jumlah E. sakazakii
dan EB; jenis tindakan akan tergantung pada kemungkinan kontaminasi produk dari
Salmonella dan E. sakazakii.
2.
Pengawasan Mikrobiologi pada Persiapan Formula
Susu Bubuk
Kontaminasi mikrobiologis dari luar terhadap
formula susu bubuk selama persiapan adalah faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam rancangan tindakan pencegahan pada pelayan kesehatan dan fasilitas
pemeliharaan anak. Beberapa tindakan harus berdasar, seperti pada kasus di
pabrik formula susu bubuk, pada pengaplikasian pelaksanaan kebersihan yang baik
sebagai yang berhubungan dengan pengadaan penanganan makanan (Recommended International Code of Practice –
Generel Principles of Food Hygine (CAC/RCP 1-1969) dan pada pengaplikasian
HACCP atau sistem serupa untuk menyampaikan bahaya yang spesifik.
Beberapa kontaminasi mikrobiologis dari luar
dapat muncul dari lingkungan persiapan, dari permukaan persiapan, dan atau dari
alat yang digunakan selama persiapan. Ini penting untuk mengukur dan
memverifikasi efektivitas tindakan yang dilaksanakan.
Pengawasan mikrobiologis dari area penyimpanan
susu bubuk, area persiapan, dan permukaan yang kontak langsung dengan produk
(alat) menggambarkan unsur penting dari program penjaminan kualitas.
Hasil dari rancangan program pengawasan yang
sesuai akan membantu dalam identifikasi sumber potensial yang menjadi
kontaminasi dan dalam membuktikan efektivitas dari prosedur pembersihan dan
pendesinfektan.
Seperti pada bagian 1 dari annex ini, beberapa
faktor harus diperhatikan ketika mengambangkan program pengambilan sampel untuk
menjamin efektivitasnya, termasuk organism target, jenis samoel, lokasi
pengambilan sampel, jumlah sampel, frekuensi sampel, alat dan metode
pengambilan sampel, metode analisa, manajemen data, dan tindakan yang diambil
apabila hasilnya positif.
Program pengawasan yang dilakukan saat tahap
persiapan formula susu bubuk yang paling baik melalui pengambilan sampel dan
tes sampel lingkungan bagi mikroorganisme seperti Salmonella dan E. sakazakii
atau menggunakan indikator kebersihan seperti EB. Termasuk didalamnya penggoresan
permukaan dari area persiapan, bak cuci, peralatan serta residu baik dari
pembersih debu dari area tersebut.
Pengambilan sampel harus dilakukan dengan
benar, dengan menggunakan alat pengambilan sampel dan teknik yang baik sesuai
dengan jenis permukaan dan lokasi, dan dari tempat – tempat yang apabila
terkontaminasi dapat menimbulkan kontaminasi pada formula susu bubuk.
Metode analisa yang digunakan untuk
menganalisa sampel lingkungan harus dapat digunakan untuk mendeteksi organisme
target. Berdasarkan karakteristik sampel lingkungan, metode yang dipilih harus
dapat mendeteksi organisme target dengan sensitivitas yang baik dan harus
didokumentasikan. Pada keadaan tertentu, mungkin dilakukan pencampuran tertentu
tanpa menghilangkan sensitivitasnya. Pengambilan sidik jari dilakukan dengan
teknik genetic yang ada dan dapat menyediakan informasi yang berguna tentang
sumber E. sakazakii dan jalur yang
menyebabkan kontaminasi formula susu bubuk.
Kegiatan pengambilan sampel, sistem pencatatan
data dan evaluasi data penting untuk dilakukan dokumentasi, misalnya
menganalisa tren dan penggunaan data untuk melakukan tindakan koreksi apabila
diperlukan. Penentuan target yang dicapai prnting dilakukan, misalknya dalam
hal indikator tingkat kebersihan yang dapat diterima atau tidak adanya
pathogen. Target harus didasarkan pada data sebelumnya (historis) atau
menggunakan data pada awal survey apabila data historis tidak tersedia yang
dapat memungkinkan untuk menentukan status normal mikrobiologi dari pengambilan
sampel yang berbeda. Pengkajian lebih lanjut dari data perlu dilakukan untuk
mengubah dan mengatur program pengawasan. Untuk EB dan E. sakazakii juga bisa ditemukan dalam kadar rendah, kontaminasi
yang sebentar- sebentar tidak dapat diketahui.
Tujuan dari program pengawasan adalah untuk
menemukan organisme target yang muncul. Umumnya diharapkan EB dan E. sakazakii muncul di area persiapan di
lingkungan. Keputusan dan respon program pengawasan harus jelas sebelum
pembuatan program. Rencana harus mendefinisikan tindakan spesifik yang harus
diambil apabila kriteria keputusan terlampaui dan tindakan harus rasional.
Setiap hasil positif untuk Salmonella
dan E. sakazakii harus ditangani dan
perubahan tren dari jumlah EB harus dievaluasi. Jenis tindakan tergantung dari
kemungkinan kontaminasi formula oleh Salmonella
dan E. sakazakii. Jenis tindakan
dapat dibagi menjadi tidak ada tindakan (tidak ada resiko kontaminasi), untuk
meningkatkan pembersihan, untuk menelusuri sumber, untuk mengkaji pelaksanan
kebersihan.
Program pengawasan secara teratur juga penting
dilakukan untuk memperhitungkan perubahan jumlah dalam set-up, tren, dll.
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Andriani. Lokakarya Nasional Keamanan
Pangan Produk Peternakan: ENTEROBACTER
SAKAZAKII MIKROORGANISME PATOGEN DALAM SUSU FORMULA. Bogor.
[2] Diny M.W.
DETEKSI BAKTERI GRAM NEGATIF (Salmonella
sp., Escherichia coli, dan Koliform)
PADA SUSU BUBUK SKIM IMPOR (Skripsi). Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan -
INSTITUT PERTANIAN BOGOR; 2008.
[3] RECOMMENDED
INTERNATIONAL CODE OF PRACTICE GENERAL PRINCIPLES OF FOOD HYGIENE. Available from : http://www.fao.org/docrep/005/Y1579E/y1579e02.htm#TopOfPage
Tidak ada komentar:
Posting Komentar